Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Thursday 14 May 2009

Pendidikan Usia Dini dimulai sejak masa kandungan

Masa kecil merupakan fase terpenting perihal perkembangan Intelektualitas maupun perkembangan emosional anak. Anak mulai belajar tidak hanya ketika ia baru lahir, tetapi sejak masa kehamilan sang ibu. Sejak dalam kandungan, anak mengalami perkebangan fisik maupun mental lewat perantara ibunya. Secara fisik, sang anak mendapatkan nutrisi lewat makanan yang dikonsumsi ibunya. Dengan demikian, jika sang Ibu menginginkan anaknya lahir dalam keadaan sehat dan kuat secara fisik, maka nutrisi yang terkandung dalam makanan merupakan faktor penting untuk mewujudkan keinginan itu. Dengan nutrisi yang cukup, anak akan tumbuh sehat, cukup gizi dan terhindar dari peluang keterbelakangan mental akibat gizi buruk. Sangat jelas dan mutlak bahwa makanan mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak. Penelitian di suatu rumah sakit di Amerika Serikat menunjukkan, bahwa anak-anak yang lahir dari ibu yang punya kebiasaan meminum alkohol memiliki kecerdasan yang lebih rendah dan tertinggal dibanding anak-anak yang ibunya bukan pecandu Alkohol. Hal ini jelas menunjukkan pentingnya untuk selektif mengkonsumsi makanan demi kebutuhan nutrisi anak. Selain menunjang kesehatan fisik, makanan juga memberikan pengaruh secara psikologis / mental. Selama masa kehamilan merupakan masa penting pertumbuhan mental anak. Jika sang Ibu menginginkan anaknya lahir dengan keadaan sehat mentalnya, makanan yang dikonsumsi tidak hanya harus baik secara gizi, tetapi harus baik pula cara memperolehnya. Makanan tersebut haruslah makanan yang halal baik halal zatnya maupun cara memperolehnya. Makanan yang tidak halal akan berpengaruh buruk pada perkembangan jiwa anak. Makanan yang tidak halal ujar A’Agym, akan mencederai fikiran anak. Makanan yang tidak halal/haram akan menghasilkan darah haram pula. Darah yang haram akan menyebar keseluruh tubuh, ke tangan, kaki, sehingga tangan dan kakinya akan terbiasa melakukan hal-hal haram. Selain itu darah haram yang mengalir ke otak anak akan membuat anak memikirkan hal-hal haram, menjadi nakal dan sulit menerima nilai-nilai religius/keagamaan.

Perkembangan mental diwariskan lewat tingkah laku ibu

Selain kebutuhan nutrisi yang halal lagi baik, masa kehamilan juga merupakan masa perkembangan mental/emosional anak. Tidak hanya fisik yang berkembang pada tahap ini, mental anak juga berkembang lewat tingkah laku yang dilakukan oleh ibunya selama masa mengandung. Oleh karena itu, pada masa-masa kehamilan, seorang ibu dalam keadaan apapun harus menjaga kestabilan emosionalnya. Tidak hanya nutrisi yang disalurkan lewat ibu. Tetapi Sifat, karakter bahkan tingkah laku emosional juga tertransfer kepada anak lewat perilaku ibu selama masa kehamilan. Oleh karena itu, tidaklah salah jika seorang ibu menginginkan anaknya menjadi orang yang disiplin dan beretos kerja baik dikemudian hari, maka sangiIbu harus membiasakan kedisiplinan dalam segala hal selama masa kehamilannya. Sang ibu harus menjaga efektititas penggunaan waktu kesehariannya, membiasakan menepati janji baik kepada diri sendiri maupun orang lain, menjalankan tugas tepat waktu dan sesuai prosedur, ataupun selalu mentaati peraturan di manapun berada, apakah peraturan lalulintas, peraturan dalam dimensi lingkungan kerja ataupun peraturan-peraturan lainnya. Jika sang ibu menginginkan anaknya menjadi seorang ahli ibadah atau penyabar, maka sang ibu juga harus membiasakan untuk giat beribadah dan mengontrol emosional selama masa kehamilan. Membiasakan melaksanakan semua kewajiban ibadah tepat waktu, melaksanakan segala yang diperintahNya dan menjauhi semua larangan agama. Jika pada masa sekarang ilmuwan menemukan bahwa dengan memperdengarkan musik klasik pada anak selama masa kehamilan akan membantu dan meningkatkan kecerdasan anak, maka sejak dulu sejarah telah mencatat kemampuan luarbiasa seorang Imam Syafi’i yang hafal Al-qur’an sejak usia sembilan tahun karena dulu selama dalam masa kandungan, ibunya selalu membaca ayat-ayat Al-qur’an setiap hari. Jelaslah terbukti bahwa kondisi emosional seorang ibu selama masa kehamilan sangat mempengaruhi perkembangan anak.

Masa Belajar anak setelah lahir

JJika di atas dipaparkan bahwa anak mulai belajar pada masa kandungan lewat tingkah laku dan kondisi emosional ibunya, maka setelah lahir anak mulai belajar dengan mengamati lingkungan sekitarnya. Lingkungan adalah guru bagi seorang anak. Lingkungan yang dapat berupa kedua orang tua, kakak, saudara, kakek-nenek, memilliki peran besar perihal perkembangan pertumbuhan anak dari masa kecilnya baik secara fisik maupun intelektual-emosional. Oleh karena itu, menurut pakar psikologi anak Dr. Seto Mulyadi yang akrab dipanggil Kak Seto mengatakan, usia balita merupakan masa penting bagi perkembangan potensi seseorang, termasuk rasa percaya dirinya. Sejalan dengan itu, ahli perkembangan anak dari Universitas Georgia, AS, Dr. Keith Osborn menyatakan, perkembangan kecerdasan yang sangat pesat terjadi pada saat anak berusia nol sampai lima tahun. Jadi pendidikan usia dini mutlak diperlukan. Perkembangan Kecerdasan anak memerlukan arahan yang baik dan benar. Dengan arahan inilah, perkembangan anak dapat terkontrol dan berada pada jalur yang benar pula.

Ibu dan keluarga adalah sekolah Pertama

Sejak lahir hingga masa balita, anak memiliki teman pertama yaitu ibu yang sekaligus menjadi orang tua pengasuhnya. Masa perkenalannya dengan ibu dimulai sejak masa kandungan, dan setelah kelahirannya, maka teman pertama yang ia dapat dan menjadi sandaran kasih sayangnya adalah ibu. Ibu merupakan orang pertama yang punya peran besar dalam membentuk karakter anak. Anak pada awal pertumbuhan usianya menggantungkan segala hal kepada ibunya. Anak mendapatkan makanan lewat ibunya, mendapatkan dekapan kasih sayang dan perlindungan dari ibu. Jadi, ibu punya peran sentral sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya.Pada masa ini, sebelum menuju masa PAUD formal seperti TK/Play group, ibu adalah guru sekaligus teman bermain di rumah. Seorang ibu harus memperhatikan dengan jelas dan mengontrol dengan teliti perihal perkembangan fisik dan mental anaknya. Seorang ibu diharapkan paham apa yang diperlukan anaknya. Seorang ibu juga harus bisa mengenalkan mengenai perbuatan yang dibolehkan dan dilarang kepada anaknya sedini mungkin, dan tentunya dengan cara yang baik dan penuh kasih sayang.Seorang ibu harus bisa mengenalkan nilai-nilai moral dan mental spiritual sejak kecil. Sang ibu harus melatih anaknya agar menjadi anak yang tegar tidak cengeng dan bertanggung jawab. Nilai-nilai tersebut bisa diberikan lewat praktek bermain dalam kehidupan sehari-hari ataupun diberikan ketika terjadi suatu kesalahan pada anaknya. Misalnya seorang balita sedang bermain lari-larian, lalu terjatuh dan menangis. Kebanyakan ibu di lapangan menganjurkan anaknya agar memukul lantai sambil mengatakan ”lantai nakal…pukul…pukul”. Secara spontan mungkin tindakan itu bisa membuat anaknya terhibur dan berhenti menangis. Tetapi akibat yang timbul beberapa tahun sesudahnya justru berbahaya. Tindakan tersebut menjadi salah satu penyebab anak menjadi tidak bertanggung jawab dan suka melimpahkan kesalahan kepada orang lain. Seperti yang terjadi pada sebagian anak-anak sekarang. Jika mereka gagal ujian atau tidak naik kelas, maka gurunya yang disalahkan. Menurut mereka gurunya lah yang salah memberikan metode belajar den beragam alasan diplomatis lainnya. Jika beberapa murid di kelas dihukum karena melakukan pelanggaran bersama, maka sebagian dari mereka saling tuduh sebagian yang lain, tak ada satupun yang berani mempertanggung jawabkan kesalahan yang mereka buat sendiri.Sang ibu semestinya tidak melakukan hal demikian. Jika anak melakukan kesalahan, maka yang mereka perlukan bukanlah hiburan untuk menghentikan tangis atau hukuman fisik yang membuat jera. Tetapi mereka memerlukan alasan logis mengapa mereka dilarang melakukan kesalahan itu. Dengan pengertian dan komunikasi yang baik dan didukung keteladanan tentunya, anak akan mengerti secara rasional alasan mendasar yang menjadi sebab dilarangnya perbuatan tersebut. Jika anak terjatuh karena terpeleset, maka sang ibu harus memberikan penjelasan dengan baik agar jangan lari-larian karena lantai licin. Kalau terjatuh pasti sakit…dan sebagainya.Selain itu pula keteladanan kedua orang tua khususnya ibu sangatlah diperlukan. Hal inimengingat anak menggantungkan semua kepentingannya pada ibu, sehingga apa yang ada pada ibunya tentu akan diikuti oleh anaknya. Seorang ibu harus memperkecil semaksimal mungkin untuk melakukan kesalahan. Jika sang ibu melakukan kesalahan , maka yang terpenting adalah mengakuinya dan meminta maaf kepada anaknya jika kesalahan itun tertuju pada anaknya. Dengan membiasakan mengakui kesalahan dan meminta maaf, tentu akan membuat anak melakukan hal yang sama. Sang anak akan tumbuh menjadi orang yang komunikatif, bertanggung jawab, berani mengakui kesalahan dan tidak lari dari masalah yang dialami. Mengakui kesalahan dihadapan anaknya bukan berarti menghina kehormatan orang tua, tetapi sebagai penjelasan logis kepada anak agar jangan melakukan hal yang sama dan memberikan pengertian bahwa kita harus bijak pada kesalahan yang diperbuat seseorang, karena semua orang pasti punya kesalahan.Lewat paparan di atas sudah jelas tampak bahwa pendidikan usia dini mutlak diperlukan. Peningkatan akses Pendidikan Usia dini tentu sangat mempengaruhi perkembangan SDM rakyat indonesia yang lebih berkualitas secara intelektual maupun emosional. Masa usia nol sampai lima tahun adalah masa genting perkembangan kecerdasan anak. Oleh karenanya sangatlah rawan dan rugi jika pada usia-usia itu, sang perkembangan kecerdasan anak tidak diarahkan dengan cara yang benar. Minimal lewat PAUD, sang anak bisa mengerti bagaimana cara bermain yang benar. Jika orang-orang dewasa menganggap bermain merupakan tindakan menyia-nyiakan waktu dan sia-sia, namun bagi anak, jusutru hanya dengan cara itulah mereka belajar. Hanya dengan bermain lewat cara yang benarlah semua nilai-nilai positif pendidikan bisa ditransfer kepada anak secara bertahap tentunya.

Peningkatan Akses PAUD Nonformal Gratis

Akses Pendidikan anak Usia dini perlu diperluas. Selama ini kita banyak menemukan sekolah gratis yang di jalankan oleh para relawan-relawan yang mulia. Namun permasalahannya, pendidikan gratis tersebut sebagian besar dimulai pada level sekolah dasar. Sedangkan akses PAUD gratis untuk TK ataupun Playgroup gratis sulit dicari. Padahal seperti yang dikatakan sebelumnya, masa-masa balita adalah masa genting perkembangan kecerdasan anak. Hampir 50 persen potensi kecerdasan anak, katanya, sudah terbentuk pada usia empat tahun, kemudian mencapai 80 persen pada saat anak berusia delapan tahun. Kreativitas seseorang mulai meningkat pada usia tiga tahun dan mencapai puncaknya pada usia 4,5 tahun, dan akan segera menurun apabila tidak diupayakan agar kemampuan tersebut tetap terus berkembang. Sementara di lapangan kita dapati banyak sekali anak-anak jalanan yang dari kalangan balita hingga remaja yang menjadi pengamen mengadu nasib di jalanan kota. Masa kecil mereka terganggu dengan beban hidup seperti itu. Mereka justru memerlukan perhatian yang lebih ekstra dibandingkan anak-anak seusianya yang hidup normal dalam keluarga yang utuh. Selain tiu juga banyak Institusi PAUD yang berjalan dengan biaya yang cukup mahal. Sehingga akses pendidikan PAUD seolah-olah hnya tersedia bagi mereka yang mampu saja. Hal ini tak bisa dibiarkan. PAUD gratis adalah salah satu solusinya. Pemerintah harus melakukan sesuatu untuk memperbanyak akses PAUD, terutama PAUD nonformal yang murah biayanya ataupun yang tanpa biaya sama sekali. Akses ini harus diperbesar agar anak-anak bisa terkontrol perkembangan kecerdasannya dan kreatifitasnya berkembang baik. Selain itu, PAUD dipandang sangat penting karena ia adalah momen-momen penting untuk mengenalkan pendidikan formal kepada anak untuk pertama kalinya. PAUD adalah akses pertama pendidikan, sehungga dengan dilaksanakannya PAUD anak akan sadar bahwa pendidikan haruslah berlanjut dari jenjang satu ke jenjang lainnya. Kebanyakan siswa yang sadar akan pendidikan dasar wajib sembilan tahun adalah mereka-mereka yang pernah mengikuti PAUD sebelumnya. Jadi jelas sekali PAUD adalah pintu pembuka kesadaran pendidikan dasar wajib sembilan tahun. Anak-anak yang pernah mengikuti PAUD sudah paham betapa menyenangkannya pendidikan, sehingga ketika orang tuanya menyarankan untuk melanjutkan ke pendidikan dasar, sang anak tidak takut untuk menerimanya, karena mereka sudah punya gambaran yang jelas tentang pendidikan itu.Akses PAUD harus ditambah. Tak bisa di tawar lagi. Ia adalah sebuah kemestian. Tanpanya kesadaran pendidikan dasar sembilan tahun akan sulit muncul. Sebenarnya kendala utama yang menjadi penghambat kesadaran pendidikan dasar sembilan tahun bukanlah permasalahan biaya, tetapi kebanyakan merupakan masalah kepercayaan orang tua akan pendidikan Indonesia. Mereka bukan tidak punya uang untuk menyekolahkan anak-anaknya. Bahkan terkadang uang rokok perhari untuk ayahnya adalah pengeluaran terbesar setiap bulan. Jadi biaya bukanlah permasalahan utama. Yang bermasalah adalah kepercayaan mereka. Mereka terkadang tidak yakin bahwa dengan pendidikan itu bisa memperbaiki kualitas hidup seseorang. Mereka meragukan manfaat praktis dari pendidikan itu. Hal inilah yang membuat sebagian orang tua memutuskan anaknya berhenti sekolah. ”Lebih baik kamu bantu ibu jualan nak” katanya. Disinilah pentingnya PAUD. Pada masa ini PAUD bisa dijadikan sebagai wadah dan momen pertama untuk membangun kepercayaan itu. PAUD bisa dijadikan sebagai momen untuk meyakinkan orang tua bahwa pendidikan ini punya nilai praktis dan sangat bermanfaat untuk memperbaiki kualitas kehidupan seseorang meskipun butuh proses ke arah itu. Hanya dengan pendidikan kita terlindungi dari kebodohan dan keterbelakangan.Jadi tidak bisa ditunda lagi. Pemerintah memang punya kewajiban untuk memperbanyak akses tersebut. Tapi hal initidak akan terwujud tanpa bantuan semua pihak. Oleh karenanya mari kita galakkan pendidikan usia dini. Kita perbanyak akses sosial pendidika kepada mereka uayng tidak mampu ataupun terlantar. Dengan pendidikan usia dini kita songsong pendidikan dasar sembilan tahun. Agar lewat pendidikan dasar tersebut kesadaran akan pendidikan semakin bertambah sehingga keinginan untuk meningkatkan kualitas keilmuan pada jenjang yang lebih tinggi kian bertambah pula. Semua butuh kerjasama dan peran serta kita, demi jaya Indonesia .

Semoga!

sumber: http://www.kolomkita.com/2007/06/28/urgensi-paud/

No comments:

Post a Comment

Renungan :

Setiap Anak terlahir JENIUS. Kadang 6 tahun pertama, para orang tua membuatnya tidak menjadi jenius.
(Bukminster Fuller)

MATAHARI EDUCARES