Perkembangan fisik otak yang sangat pesat terjadi pada saat bayi lahir hingga usia 18 bulan. Jika sewaktu lahir otak anak sudah sebesar 25 persen dari otak orang dewasa (sekitar 350 gram), pada usia 18 bulan otak anak berkembang dua kali lipatnya. Otak anak terus berkembang dan pada umur enam tahun sudah mencapai 90 persen dari berat otak orang dewasa. Otak anak akan mencapai perkembangan 100 persen pada umur 18 tahun (sekitar 1,4 kilogram).
Pada saat kelahiran, otak bayi mengandung 100 miliar sel aktif. Ahli neurobiologi dari Universitas California Berkeley, Carla Shatz, seperti dikutip majalah Time (Februari 1997) menyebutkan, terdapat pula satu triliun sel glia (perekat) yang membentuk semacam sarang untuk melindungi dan memberi makan sel aktif itu. Bahkan, menurut ahli psikologi dari Inggris, Tony Buzan, masing-masing sel aktif itu mampu membuat 20.000 sambungan yang berbeda dengan sel-sel lain.
Mengingat kemampuan otak pada anak luar biasa maka sebagai orangtua, kita harus mampu memberi rangsangan maksimal pada otak, terutama hingga usia 18 bulan. Jika tidak dirangsang, otak anak bisa menderita. Para peneliti dari Baylor College of Medicine pernah menemukan, otak anak akan mengecil 20-30 persen dari ukuran normal jika dia jarang diajak bermain atau disentuh. Praktisi Metode Glenn Doman, Irene F Mongkar, mengatakan, ”Otak anak sejak usia nol tahun, bahkan sejak dalam kandungan distimulus sehingga sel-sel otaknya berkembang dengan cepat. Makanya, ada anak berumur 2,5 tahun sudah bisa membaca buku,” ucap Irene yang pernah mengikuti kursus Better Baby di institut milik Doman.
Glenn banyak menulis buku dan pedoman bagi orang tua cara mengajar anaknya seperti 'How to teach your baby to read', 'How to teach your baby math', 'How to teach your baby to be physically superb'. Dan terutama buku best sellernya "How to give your baby encyclopedic knowledge". Dan dengan berbagai metode yang dia berikan, telah banyak orang tua yang berhasil membaca dan menghitung pada usia dini.
Dan ini benar adanya. Seperti postingan saya terdahulu, pernah ditayangkan di SCTV pada Liputan 6 pagi – dengan pembawa acara Bayu Sutiyono (sayang saya lupa tanggal tayangnya) dengan mengundang Irene F. Mongkar (Praktisi Metode Glenn Doman di Jakarta) dan salah satu anak didiknya (Dedy), di situ ditunjukkan bahwa anak tersebut (usia 2 tahun) sudah bisa membaca satu untaian kata sederhana seperti “bapak pergi ke kantor” ; “ibu pergi ke pasar” dsb, padahal berbicara pun dia belum begitu jelas. Melihat acara ini, saya benar-benar terperangah karena belum pernah saya mengetahui adanya suatu metode yang membantu anak untuk bisa membaca pada usia dini.
Yang perlu kita ketahui dari Metode Glenn Doman ini adalah dua faktor sebagai berikut :
- Sikap dan pendekatan orang tua. Syarat terpenting adalah, bahwa diantara orang tua dan anak harus ada pendekatan yang menyenangkan, karena belajar membaca merupakan permainan yang bagus sekali. Biasakan anak membaca dengan suatu kegemaran.... bisa dibuat permainan menarik untuknya
- Membatasi waktu untuk melakukan permainan ini sehingga betul-betul singkat. Hentikan permainan ini sebelum anak itu sendiri ingin menghentikannya.
- Jangan pernah memaksa anak untuk belajar membaca tanpa kemauan dia sendiri. Alhamdulillah anak kami Nadia mempunyai kemauan yang besar untuk belajar. Bahkan, saat dia minta perhatian lebih dari kami (bapak, ibu dan pengasuhnya), Nadia selalu merengek untuk belajar, baik itu belajar membaca dengan aplikasi Glenn Doman maupun membaca huruf alphabet, bukan untuk bermain.. tentu hal ini aneh bagi kebanyakan anak.
Sekarang kita menginjak hal utama dari Metode Glenn Doman.
1. Untuk tahap pertama, orangtua harus mempersiapkan kertas karton kaku warna putih dan spidol besar yang ujungnya rata (selebar satu sentimeter) berwarna merah. Selain itu, juga spidol ukuran 0,5 sentimeter warna hitam. Kertas karton digunting-gunting sepanjang 60 sentimeter dengan lebar 15 sentimeter, sediakan pula yang selebar 12,5 sentimeter.
2. Tuliskan kata di atas guntingan kertas karton dengan huruf kecil (bukan kapital), huruf yang sederhana dan konsisten. Untuk tahap pertama, buatlah 15 kata di atas 15 lembar karton, dibagi menjadi tiga. Misalnya,
Sekarang kita mulai Tahap Pembelajaran
Pada hari pertama mengajar, orangtua hanya menunjukkan
Set A : 1. Bapak ; 2. Ibu; 3. Nadia; 4. Tante; 5. Nenek
Urutan set ini tidak boleh terbalik susunannya , jadi harus urut dari nomor 1 – 5, begitu juga dengan Set B, C dsb. Agar tidak keliru, urutannya sebaiknya diteruskan dengan no 6, 7 dst.... untuk Set B..........
Irene mengatakan, cara membacakan kartu-kartu itu relatif mudah. Susun
”Jangan ada penjelasan apa-apa tentang kata itu, cukup bacakan saja dengan cepat, tidak lebih dari satu detik per kartu. Jangan pula meminta anak mengulang kata-kata yang kita baca. Saat kita membaca kata itu, perhatikan wajah anak, lama-lama kita akan tahu kata mana yang disukai anak dan mana yang tidak,” ujarnya.
Setelah
Dengan cara ini, anak akan terpacu untuk “menghafal” kata-kata tersebut. Dalam jangka waktu singkat, dia akan hafal urutan kata tersebut. O, ya…. Jangan mengajari anak untuk menghafal huruf alphabet pada taraf awal ini, karena akan mengganggu stimulant otaknya. Nanti pada saat yang tepat bisa mulai kita ajarkan huruf-huruf tersebut.
Sekian dulu untuk kali ini, tunggu posting berikutnya…. Selamat mencobanya ... semoga bermanfaat dan berhasil guna...
Wassalam…..
Hamiseno
Source : Kompas, edisi 18 September 2005, Liputan 6, Kompas dan IDIsumber: http://hamiseno.blogspot.com/2007/06/metode-glenn-doman-part-i.html