Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Tuesday 29 September 2009

Mengajar Bayi Anda Membaca (Metode Glenn Doman)

Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi otak manusia dari semua makhluk hidup di dunia ini, cuma manusia yang dapat membaca. Membaca merupakan fungsi yang paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Anak-anak dapat membaca sebuah kata ketika usia mereka satu tahun, sebuah kalimat ketika berusia dua tahun, dan sebuah buku ketika berusia tiga tahun dan mereka menyukainya.

Tahun 1961 satu tim ahli dunia yang terdiri atas, dokter, spesialis membaca, ahli bedah otak dan psikolog mengadakan penelitian "Bagaimana otak anak-anak berkembang?". Hal ini kemudian berkembang menjadi satu informasi yang mengejutkan mengenai bagaimana anak-anak belajar, apa yang dipelajari anak-anak, dan apa yang bisa dipelajari anak-anak.

Hasil penelitian juga mendapatkan, ternyata anak yang cedera otak-pun dapat membaca dengan baik pada usia tiga tahun atau lebih muda lagi. Jelaslah bahwa ada sesuatu yang salah pada apa yang sedang terjadi, pada anak-anak sehat, jika di usia ini belum bisa membaca.

Penelitian tentang Otak Anak

Bagi otak tidak ada bedanya apakah dia 'melihat' atau 'mendengar' sesuatu. Otak dapat mengerti keduanya dengan baik. Yang dibutuhkan adalah suara itu cukup kuat dan cukup jelas untuk didengar telinga, dan perkataan itu cukup besar dan cukup jelas untuk dilihat mata sehingga otak dapat menafsirkan. Kalau telinga menerima rangsang suara, baik sepatah kata atau pesan lisan, maka pesan pendengaran ini diuraikan menjadi serentetan impuls-impuls elektrokimia dan diteruskan ke otak yang bisa melihat untuk disusun dan diartikan menjadi kata-kata yang dapat dipahami.

Begitu pula kalau mata melihat sebuah kata atau pesan tertulis. Pesan visual ini diuraikan menjadi serentetan impuls elektrokimia dan diteruskan ke otak yang tidak dapat melihat, untuk disusun kembali dan dipahami. Baik jalur penglihatan maupun jalur pendengaran sama-sama menuju ke otak dimana kedua pesan ditafsirkan otak dengan proses yang sama.

Dua faktor yang sangat penting dalam mengajar anak:

1. Sikap dan pendekatan orang tua
Syarat terpenting adalah, bahwa diantara orang tua dan anak harus ada pendekatan yang menyenangkan, karena belajar membaca merupakan permainan yang bagus sekali.

Belajar adalah:
- Hadiah, bukan hukuman
- Permainan yang paling menggairahkan, bukan bekerja
- Bersenang-senang, bukan bersusah payah
- Suatu kehormatan, bukan kehinaan

2. Membatasi waktu untuk melakukan permainan ini sehingga betul-betul singkat. Hentikan permainan ini sebelum anak itu sendiri ingin menghentikannya.

Bahan yang sesuai:
a. bahan-bahan dibuat dari kertas putih yang agak kaku (karton poster)
b. kata-kata yang dipakai ditulis dengan spidol besar
c. tulisannya harus rapi dan jelas, model hurufnya sederhana dan konsisten

Tahap-tahap mengajar:
TAHAP PERTAMA : (perbedaan penglihatan)
Mengajarkan anak anda membaca dimulai menggunakan hanya lima belas kata saja. Jika anak anda sudah mempelajari 15 kata ini, dia sudah siap untuk melangkah ke perbendaharaan kata-kata lain.

1. Ukuran karton : tinggi 15 cm, panjang 60 cm
2. Ukuran huruf, tinggi 12,5 cm dan lebar 10 cm, serta setiap huruf berjarak kira-kira 1,25 cm
3. Huruf berwarna merah
4. Gunakan huruf kecil (bukan huruf kapital)
5. Buatlah hanya 15 kata, misal : IBU (UMMI/MAMA/BUNDA), BAPAK (ABI/PAPA/AYAH)
6. Ke-15 kata-kata pertama harus terdiri dari kata-kata yang paling dikenal dan paling dekat dengan lingkungannya yaitu nama-nama anggota keluarga, binatang peliharaan, makanan kesukaan, atau sesuatu yang dianggap penting untuk diketahui oleh sang anak.

Hari Pertama
Gunakan tempat bagian rumah yang paling sedikit terdapat benda-benda yang dapat mengalihkan perhatian, baik pendengarannya maupun penglihatannya. Misalnya, jangan ada radio yang dibunyikan.
1. Tunjukkan kartu bertuliskan IBU/AYAH atau yang lainnya
2. Jangan sampai ia dapat menjangkaunya
3. Katakan dengan jelas 'ini bacaannya IBU/AYAH'
4. Jangan jelaskan apa-apa
5. Biarkan dia melihatnya tidak lebih dari 1 detik
6. Tunjukkan 4 kartu lainnya dengan cara yang sama
7. Jangan meminta anak mengulang apa yang anda ucapkan
8. Setelah kata ke-5, peluk, cium dengan hangat dan tunjukkan kasih sayang dengan cara yang menyolok
9. Ulangi 3 kali dengan jarak paling sedikit 1,5 jam

Hari Kedua
1. Ulangi pelajaran dasar hari pertama 3 kali
2. Tambahkan lima kata baru yang harus diperlihatkan 3 kali sepanjang hari kedua. Jadi ada 6 pelajaran
3. Jangan lupa menunjukkan rasa bangga anda
4. Jangan lakukan test, belum waktunya !

Hari Ketiga
1. Lakukan seperti hari ke-2
2. Tambahkan lima kata baru seperti hari kedua sehingga menjadi 9 pelajaran

Hari keempat, kelima, keenam ulangi seperti hari ketiga tanpa menambah kata-kata baru.

Hari Ketujuh
Beri kesempatan pada anak untuk memperlihatkan kemajuannya:
1. Pilih kata kesukaannya
2. Tunjukkan kepadanya dan ucapkan denga jelas 'ini apa?'
3. Hitung dalam hati sampai sepuluh, Jika anak anda mengucapkan, pastikan anda gembira dan tunjukkan kegembiraan anda Jika anak anda tidak memberikan jawaban atau salah, katakan dengan gembira apa bunyi kata itu dan teruskan pelajarannya.

Ancaman
Kebosanan adalah satu-satunya ancaman. Jangan sampai anak menjadi bosan. "Mengajarnya terlalu lambat akan lebih cepat membuatnya bosan daripada mengajarnya terlalu cepat"

Pada tahap pertama ini, dua hal luar biasa telah anda lakukan:
1. Dia sudah melatih indera penglihatan, dan yang lebih penting: dia telah melatih otaknya cukup baik untuk dapat membedakan bentuk tulisan yang satu dengan yang lainnya.
2. Dia sudah menguasai salah satu bentuk abstraksi yang paling luar biasa dalam hidupnya: dia dapat membaca kata-kata. Hanya ada satu lagi abstraksi besar harus dikuasainya, yaitu huruf-huruf dalam abjad.

TAHAP KEDUA : (kata-kata diri)
Kita mulai mengajarkan anak membaca dengan menggunakan kata-kata 'diri' karena anak memang mula-mula mempelajari badannya sendiri.
1. Ukuran karton 12,5 tinggi dan 60 cm panjang
2. Ukuran huruf 10 cm tinggi dan 7,5 cm lebar dengan jarak 1 cm
3. Huruf dan warna seperti tahap pertama
4. Buat 20 kata-kata tentang dirinya, misalnya: tangan kaki gigi jari kuku lutut mata perut
lidah pipi kuping dagu dada leher paha siku hidung jempol rambut bibir
5. Dari 3 kelompok kata masing-masing 5 kata di tahap awal, ambil masing-masing 1 kata lama dan tambahkan dengan 1 kata baru di tahap kedua
6. Dari 20 kata baru pada tahap kedua, ambil 10 kata dan jadikan 2 kelompok kata masing-masing 5 kata

7. Jadi sekarang anda memiliki:
- 3 kelompok kata dari tahap pertama yang sudah ditambah kata-kata baru
- 2 kelompok kata baru dari tahap kedua
- total 5 kelompok kata = 25 kata
8. Lakukan seperti tahap pertama
9. Setelah 5 hari ganti 1 kata dari masing-masing kelompok dengan kata baru, sehingga anak mempelajari 5 kata baru.
10. Setelah itu setiap hari ganti 1 kata lama dari masing-masing kelompok data dengan 1 kata baru. Dengan demikian setiap hari anak belajar 5 kata baru masing-masing satu dalam setiap
kelompok kata, dan 5 kata lama diambil setiap harinya.

TIPS:
1. Usahakan jangan ada 2 kata yang dimulai dengan yang sama secara berurutan, misalnya 'lidah' dengan 'lutut'
2. Anak-anak usia 6 bulan sudah bisa diajarkan. Lakukan dengan cara yang persis sama kalau anda mengajarnya berbicara
3. Ingat, membaca bukan berbicara
4. Usaha mengajar bayi membaca dapat membaca dapat mempercepat berbicara dan memperluas perbendaharaan kata.

TAHAP KETIGA : (kata-kata 'rumah')
Sampai tahap ini, baik orang tua maupun anak harus melakukan permainan membaca ini dengan kesenangan dan minat besar. Ingatlah bahwa anda sedang menanamkan cinta belajar dalam diri anak anda, dan kecintaan ini akan berkembang terus sepanjang hidupnya. Lakukan permainan ini dengan gembira dan penuh semangat.
1. Ukuran karton 7,5 cm tinggi dan 30 cm panjang
2. Ukuran huruf 5 cm tinggi dan 3,5 cm lebar dengan jarak lebih dekat
3. Huruf dan warna seperti tahap tahap kedua
4. Terdiri dari nama-nama benda di sekeliling anak serta lebih dari 2
suku kata, misalnya: kursi, meja, dinding, lampu, pintu, tangga,
jendela, dll
5. Gunakan cara pada tahap kedua dengan setiap hari menambah
5 kata baru dari tahap ke tiga
6. Setelah kata benda, masukkan kata milik, misalnya: piring, gelas,
topi, baju, jeruk, celana,sepatu, dll.
7. Setelah itu masukkan kata perbuatan, misalnya: duduk,
berdiri, tertawa, melompat, membaca, dll
8. Pada tahap kata perbuatan , agar lebih menarik, sambil
menunjukkan kata tersebut, anda praktekkan sambil katakana 'Ibu
melompat', 'kakak melompat', dsb

TAHAP KEEMPAT :
1. Ukuran kartu 4 cm tinggi dan 20 cm panjang
2. Ukuran huruf 5 cm
3. Huruf kecil, warna hitam
4. Tunjukkan kata demi kata seperti tahap sebelumnya lalu gabungkan misalnya
'ini' dan kata 'bola' menjadi 'ini bola'.
5. Lakukan beberapa kata beberapa kali setiap hari.

TAHAP KELIMA : (susunan kata dalam kalimat)
1. Pilihkan buku sederhana dengan syarat :
Perbendaharaan kata tidak lebih dari 150 kata Jumlah kata dalam 1 halaman tidak lebih dari 15-20 kata
Tinggi huruf tidak kurang dari 5 mm
Sedapat mungkin teks dan gambar terpisah.
Carilah yang mendekati persyaratan tersebut

2. Salinlah kata-kata yang ada setiap halaman tersebut ke dalam satu kartu kira-kira ukuran 1 kertas A4. Huruf hitam, ukuran tinggi huruf 2,5 cm. Jumlah kartu 'susunan kata-kata' sama dengan jumlah halaman buku. Ukuran kartu harus sama walaupun jumlah kata tidak sama. Sekarang anda sudah mempunyai kartu-kartu dengan kata-kata yang ada dalam setiap halaman buku yang akan dibaca anak. Lubangi sisi kartu-kartu untuk dijilid menjadi sebuah buku yang isinya sama namun ukurannya lebih besar.

3. Bacakan kartu demi kartu pelan-pelan, sehingga anak belajar kalimat demi kalimat.
4. Bacakan dengan ekspresi sesuai dengan kalimat bacaan.
5. Lakukan secara rutin, minimal 5 kartu sebanyak 3 kali selama 5 hari.
6. Ketika membaca kartu pada hari lainnya, kartu yang lama sebaiknya diulang. Setelah selesai kartu-kartu dibaca, simpanlah beurutan di dalam sebuah map atau dibinding deperti buku.
7. Pada saat selesai 1 buku, berilah ijazah yg ditandatangani ibu, yg menyatakan bahwa pada hari ini, tanggal ini, pada usia anak sekian, telah selesai dibaca buku ini.

TAHAP KEENAM : (susunan kata dalam kalimat)
Pada tahap ini, anak sudah siap membaca buku yg sebenarnya, karena dia sudah 2 kali melakukan hal itu. Perbedaan ukuran huruf dari 5 cm (Tahap 4), 2,5 cm (Tahap 5) dan 5 mm (Tahap 6 ini) adalah sangat berarti khususnya bagi anak yang masih sangat muda, karena itu juga berarti anda membantu mendewasakan dan memperbaiki indera penglihatannya.

Kunci Keberhasilan
1. Jangan membosankan anak
2. Jangan memaksa anak
3. Jangan tegang
4. Jangan mengajarkan abjad terlebih dahulu
5. Bergembiralah
6. Ciptakan cara baru
7. Jawablah semua pertanyaan anak
8. Berilah buku bacaan yang bermutu

Penutup
Pada dasarnya anak memiliki kemampuan yang luar biasa, khususnya pada usia yg semakin kecil. Hanya diperlukan perhatian, kemauan,ketekunan serta yang utama kasih sayang orangtua untuk membuatnya mampu mengeluarkan potensinya yg luar biasa tsb.


Keinginan orangtua pada umumnya adalah :
1. Menginginkan anak mereka bahagia di dalam hidupnya dengan
menjadikan anak mereka tangguh dan siap bersaing.
2. Untuk itu dibutuhkan anak yg cerdas baik rasional maupun
emosional serta rasa ingin tahu yang besar.
3. Anak dapat diketahui rasa ingin tahunya yang besar dari banyaknya
pertanyaan yg diajukannya.
4. Untuk memuaskan rasa ingin tahunya, anak harus dibimbing supaya
suka membaca.
5. Agar anak suka membaca, dibutuhkan kemampuan membaca dan sarana
untuk membaca yang tidak lepas dari buku.

Jadi, dengan buku yg merupakan "JENDELA ILMU", anak akan mampu membuka cakrawala kehidupan masa depannya dengan keceriaan.

"Selamat berkarya untuk anak-anak tercinta !"

Sumber: Buku "Mengajar Bayi Membaca" - Glenn Doman
sumber: http://dranak.blogspot.com/2006/06/mengajar-bayi-anda-membaca-metode.html

Wednesday 17 June 2009

Mengajar anak membaca dengan Metode Glenn Doman

Sebelum mengulas masalah cara mengajar anak untuk membaca dengan Metode Glenn Doman, ada baiknya saya bahas dulu latar belakang penemu metode tersebut yaitu Dr. Glenn Doman, seorang pendiri Institut yang menangani masalah pencapaian potensial manusia (The Institute for The Achievement of Human Potential) di Philadelphia dan memulai mempelopori penanganan cacat otak pada anak sejak tahun 1940. Glenn dengan institutnya telah dikenal sebagai pelopor dan berhasil dalam menangani masalah cacat otak anak. Menurutnya, otak anak, bahkan yang sudah dibedah hemisferektomi (dibuang setengah fisik otaknya) pun masih bisa mempunyai kemampuan sama dengan anak dengan otak utuh.

Perkembangan fisik otak yang sangat pesat terjadi pada saat bayi lahir hingga usia 18 bulan. Jika sewaktu lahir otak anak sudah sebesar 25 persen dari otak orang dewasa (sekitar 350 gram), pada usia 18 bulan otak anak berkembang dua kali lipatnya. Otak anak terus berkembang dan pada umur enam tahun sudah mencapai 90 persen dari berat otak orang dewasa. Otak anak akan mencapai perkembangan 100 persen pada umur 18 tahun (sekitar 1,4 kilogram).

Pada saat kelahiran, otak bayi mengandung 100 miliar sel aktif. Ahli neurobiologi dari Universitas California Berkeley, Carla Shatz, seperti dikutip majalah Time (Februari 1997) menyebutkan, terdapat pula satu triliun sel glia (perekat) yang membentuk semacam sarang untuk melindungi dan memberi makan sel aktif itu. Bahkan, menurut ahli psikologi dari Inggris, Tony Buzan, masing-masing sel aktif itu mampu membuat 20.000 sambungan yang berbeda dengan sel-sel lain.

Mengingat kemampuan otak pada anak luar biasa maka sebagai orangtua, kita harus mampu memberi rangsangan maksimal pada otak, terutama hingga usia 18 bulan. Jika tidak dirangsang, otak anak bisa menderita. Para peneliti dari Baylor College of Medicine pernah menemukan, otak anak akan mengecil 20-30 persen dari ukuran normal jika dia jarang diajak bermain atau disentuh. Praktisi Metode Glenn Doman, Irene F Mongkar, mengatakan, ”Otak anak sejak usia nol tahun, bahkan sejak dalam kandungan distimulus sehingga sel-sel otaknya berkembang dengan cepat. Makanya, ada anak berumur 2,5 tahun sudah bisa membaca buku,” ucap Irene yang pernah mengikuti kursus Better Baby di institut milik Doman.
Glenn banyak menulis buku dan pedoman bagi orang tua cara mengajar anaknya seperti 'How to teach your baby to read', 'How to teach your baby math', 'How to teach your baby to be physically superb'. Dan terutama buku best sellernya "How to give your baby encyclopedic knowledge". Dan dengan berbagai metode yang dia berikan, telah banyak orang tua yang berhasil membaca dan menghitung pada usia dini.

Dan ini benar adanya. Seperti postingan saya terdahulu, pernah ditayangkan di SCTV pada Liputan 6 pagi – dengan pembawa acara Bayu Sutiyono (sayang saya lupa tanggal tayangnya) dengan mengundang Irene F. Mongkar (Praktisi Metode Glenn Doman di Jakarta) dan salah satu anak didiknya (Dedy), di situ ditunjukkan bahwa anak tersebut (usia 2 tahun) sudah bisa membaca satu untaian kata sederhana seperti “bapak pergi ke kantor” ; “ibu pergi ke pasar” dsb, padahal berbicara pun dia belum begitu jelas. Melihat acara ini, saya benar-benar terperangah karena belum pernah saya mengetahui adanya suatu metode yang membantu anak untuk bisa membaca pada usia dini.

Yang perlu kita ketahui dari Metode Glenn Doman ini adalah dua faktor sebagai berikut :
  1. Sikap dan pendekatan orang tua. Syarat terpenting adalah, bahwa diantara orang tua dan anak harus ada pendekatan yang menyenangkan, karena belajar membaca merupakan permainan yang bagus sekali. Biasakan anak membaca dengan suatu kegemaran.... bisa dibuat permainan menarik untuknya
  2. Membatasi waktu untuk melakukan permainan ini sehingga betul-betul singkat. Hentikan permainan ini sebelum anak itu sendiri ingin menghentikannya.
  3. Jangan pernah memaksa anak untuk belajar membaca tanpa kemauan dia sendiri. Alhamdulillah anak kami Nadia mempunyai kemauan yang besar untuk belajar. Bahkan, saat dia minta perhatian lebih dari kami (bapak, ibu dan pengasuhnya), Nadia selalu merengek untuk belajar, baik itu belajar membaca dengan aplikasi Glenn Doman maupun membaca huruf alphabet, bukan untuk bermain.. tentu hal ini aneh bagi kebanyakan anak.

Sekarang kita menginjak hal utama dari Metode Glenn Doman.

Ada dua cara untuk kita lakukan. Untuk posting kali ini saya mengambil sumber dari Kompas release tanggal 18 September 2005 (sudah lama ya?). Sedangkan persiapan pertama adalah sebagai berikut :

1. Untuk tahap pertama, orangtua harus mempersiapkan kertas karton kaku warna putih dan spidol besar yang ujungnya rata (selebar satu sentimeter) berwarna merah. Selain itu, juga spidol ukuran 0,5 sentimeter warna hitam. Kertas karton digunting-gunting sepanjang 60 sentimeter dengan lebar 15 sentimeter, sediakan pula yang selebar 12,5 sentimeter.

2. Tuliskan kata di atas guntingan kertas karton dengan huruf kecil (bukan kapital), huruf yang sederhana dan konsisten. Untuk tahap pertama, buatlah 15 kata di atas 15 lembar karton, dibagi menjadi tiga. Misalnya, lima lembar pertama adalah nama-nama anggota keluarga (set A), lalu lima lembar kedua bertuliskan nama-nama organ tubuh (set B), sedangkan lembar ketiga bertuliskan nama-nama bunga (set C). Yang jelas, gunakan nama-nama yang tidak asing bagi dia, terutama nama benda yang sering anak jumpai setiap hari. Dengan demikian, anak akan lebih mudah mengingatnya.

Sekarang kita mulai Tahap Pembelajaran

Pada hari pertama mengajar, orangtua hanya menunjukkan lima lembar pertama (set A) kepada anak dengan membacanya, tiga kali sehari. Pada hari kedua, tunjukkan dan bacakan set A dan set B, juga tiga kali sehari. Sementara pada hari ketiga, bacakan set A, B, dan C selama tiga kali sehari. Pada hari keempat, lakukan seperti hari ketiga. Ini dilakukan terus sampai kartu-kartu terbaca 15-25 kali. Perlu diingat bahwa urutan kata harus sama dari setiap setnya. Agar tidak terjadi kekeliruan, setiap kertas bisa diberi nomor di sebaliknya, sehingga waktu kita menunjukkannya kepada si kecil urutannya tetap sama. Misalnya :

Set A : 1. Bapak ; 2. Ibu; 3. Nadia; 4. Tante; 5. Nenek

Urutan set ini tidak boleh terbalik susunannya , jadi harus urut dari nomor 1 – 5, begitu juga dengan Set B, C dsb. Agar tidak keliru, urutannya sebaiknya diteruskan dengan no 6, 7 dst.... untuk Set B..........

Irene mengatakan, cara membacakan kartu-kartu itu relatif mudah. Susun lima lembar kartu dan hadapkan pada anak. Jadi urutan kertasnya adalah 5-4-3-2-1. Sekali lagi urutan kertasnya DARI BELAKANG (no 5 adalah terdepan). Ambil satu kartu dari belakang dan letakkan ke depan, begitu seterusnya sampai lima kata terbaca. Sebagai contoh : ambil kertas no 1 (dibelakang), tunjukkan tulisan (Bapak) ke si Kecil, kemudian no 4 dsb.

”Jangan ada penjelasan apa-apa tentang kata itu, cukup bacakan saja dengan cepat, tidak lebih dari satu detik per kartu. Jangan pula meminta anak mengulang kata-kata yang kita baca. Saat kita membaca kata itu, perhatikan wajah anak, lama-lama kita akan tahu kata mana yang disukai anak dan mana yang tidak,” ujarnya.

Setelah lima kata terbaca, orangtua bisa berhenti dan memeluk anak untuk menunjukkan kebahagiaan. Anak bisa memahami dan merasakan jika kegiatan itu membahagiakan orangtuanya.

Dengan cara ini, anak akan terpacu untuk “menghafal” kata-kata tersebut. Dalam jangka waktu singkat, dia akan hafal urutan kata tersebut. O, ya…. Jangan mengajari anak untuk menghafal huruf alphabet pada taraf awal ini, karena akan mengganggu stimulant otaknya. Nanti pada saat yang tepat bisa mulai kita ajarkan huruf-huruf tersebut.

Sekian dulu untuk kali ini, tunggu posting berikutnya…. Selamat mencobanya ... semoga bermanfaat dan berhasil guna...

Wassalam…..

Hamiseno

Source : Kompas, edisi 18 September 2005, Liputan 6, Kompas dan IDI
sumber: http://hamiseno.blogspot.com/2007/06/metode-glenn-doman-part-i.html

Metode Glenn Doman-Program Harian

Jumlah per hari : 5 kelompok

Satu Pelajaran : 1 kelompok (5 kata), tunjukkan 1 kali

Frekuensi : 3 kali sehari setiap kelompoknnya

Intensitas : Kata2 warna merah ukuran tinggi 7,5 cm

Lama : 5 detik

Kata-kata baru : 5 kata setiap hari (1 dalam tiap kelompok)

Kata2 yang diambil : 5 kata setiap hari (1 dari setiap kelompok)

Umur setiap kartu : 3 kali sehari selama 5 hari = 15 kali

Prinsip : Berhenti sebelum si kecil ingin berhenti

Dengan program harian berarti setiap hari si kecil diperlihatkan dan dibacakan 25 kata terdiri dari 5 kelompok, masing-masih berisi 5 kata. Anda bisa meulai mengenalkan kata-kata tentang diri si kecil.

Usahakan jangan ada 2 kata yang dimulai dengan huruf yang sama secara berurutan dalam satu kelompok kata, misal leher, lengan, lutut karen anak akan sulit membedakannya.

Tahapan berikutnya, Anda bisa mengenalkan kata-kata atau benda-benda di dalam rumah.

Perkenalkan juga kata-kata yang berhubungan dengan makanan;

Anda bisa mengenalkan kata-kata yang menjadi kepunyaan atau milik si kecil dengan huruf-huruf yang dibuat dengan ukuran yang sama seperti sebelumnya.

Perkenalkan juga kata-kata yang berhubungan dengan hewan-hewan:

Setelah memperkenalkan si kecil kata-kata yang dekat dengan kesehariannya, Anda bisa melanjutkan dengan memperkenalkan kelompok kata lain yang bermakna perbuatan/kegiatan:

Ingat, jangan memberikan penjelasan apa pun pada kata-kata yang Anda perlihatkan dan bacakan pada si kecil, namun ketika membacakan kata-kata kerja di atas ini Anda bisa sembari melakukan gerakan untuk menambah keceriaan,m semisal ketika Anda memperlihatkan kata melompat, Anda bisa melompat sambil berkata, “Bunda sedang melompat.” Ajak si kecil untuk melompat dan katakana, “Kamu sedang melompat”. Kemudian tunjukkan kata tersebut sambil berkata, “Kata ini dibacanya melompat.”

sumber: http://www.nutrisibalitacerdas.com/home.php?act=article&mode=read&categoryID=2&articleID=236

Mengajarkan Matematika pada bayi dan kanak-kanak (Metode Glenn Doman)

Bahan yang digunakan :

Pertama,
Seratus potong kertas manila putih berukuran 28 x 28 cm, masing-masing pada salah satu mukanya ada DOTS atau bola merah dengan garis tengah 2 cm.

Bola-bola ini berjumlah dari SATU hingga SERATUS pada kartu terakhir. Dibalik kartu terdapat angka yang menyatakan jumlah bola yang ada.

Dots/bola digambarkan secara acak/menegak di atas kertas tsb.

Kedua,
Seratus potong kartu yang lebih ringan 14 x 14 cm bertuliskan sebuah angka merah setinggi 12,5 cm mulai dari angka 1 hingga 100 pada kartu terakhir.

Warna merah dipakai karena memang menarik bagi seorang anak.


Cara mengajarkan :

Ambillah kartu yang ada SATU bola merahnya saja,
Sekarang angkatlah kartu tersebut di luar jangkauan tangannya dan katakan kepadanya, "INI SATU".
(Jangan sampai si anak melihat benda-benda lain. )

Tunjukkan kepadanya sesingkat mungkin. Dua atau tiga detik.

Kemudian letakkan kartu tersebut terbalik di pangkuan kita. Pada mulanya anda akan merasa janggal. Namun demikian, semakin kita mahir menggunakan kartu-kartu itu, semakin
cepat anak kita dapat memahaminya.

Perlu diingat bahwa angka hanyalah simbol yang mewakili nilai dari bilangan.

Sekarang angkatlah kartu kedua, dan katakan, "INI DUA".

Lakukan seterusnya hingga kartu berjumlah SEPULUH BOLA.

Seluruh proses ini kurang lebih memakan waktu kurang dari satu menit.

Lakukanlah setiap hari. Dalam waktu lima hari ia telah mengetahui fakta-fakta nyata dari angka satu sampai sepuluh, tetapi jangan meyuruhnya untuk membuktikan hal itu lebih dahulu.

Pada hari keenam,
kita singkirkan kartu 1 dari kesepuluh kartu di pangkuan dan menambahkan kartu 11.

Pada hari ketujuh,
kita singkirkan kartu 2 dan menambahkan kartu 12.

Terus lakukan seperti itu hingga angka 100. Kegiatan ini kurang lebih akan memakan waktu tiga bulan.

Yakinlah, kegiatan ini akan menghasilkan kemampuan anak yang luar biasa. Kini ia akan dengan cepat dapat membedakan empat puluh lima bola dan empat puluh enam.


Langkah berikutnya PENJUMLAHAN.

Pada hari ke-30, anda telah memperlihatkan hingga 35 bola. Semakin banyak yang diperlihatkan bola-bola kepada anak berarti anda mulai mengajarkan penjumlahan.

Mulai kita melangkah mengajarkan penjumlahan dengan meletakkan bola-bola merah berjumlah dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, hingga sepuluh di pangkuan anda.

Semuanya menghadap ke bawah dan kartu berbola dua diletakkan paling atas di tumpukan itu.

Dengan semangat katakanlah, "satu tambah satu sama dengan dua". Kemudian kita perlihatkan kartu berbola dua.

Perlihatkan tidak lebih dari satu detik. Jangan menjelaskan arti kata-kata "tambah" atau "samadengan". Katakanlah "Satu tambah dua samadengan ." Jangan katakan "satu tambah dua
menjadi...."

Jika kita mengajarkan fakta-fakta kepada anak-anak, mereka akan menarik kesimpulan tentang
hukum-huikumnya lebih tepat dan cepat. Kemudian katakan "Satu tambah dua sama dengan tiga" hingga "satu tambah sembilan sama dengan sepuluh" yang kemudian kita perlihatkan hasilnya.

Lakukanlah tiga kali pada hari pertama, sambil kita meneruskan untuk memperlihatkan kartu-kartu berbola sebanyak tiga kali sehari. Sebaiknya anda mengatur keenam waktu secara merata saat daya tangkap anak sedang memuncak.

Pada hari ke-31 anda mengajarkan dua tambah dua, tambah tiga, dan seterusnya hingga tambah delapan. Apa yang kita ajarkan adalah arti dari bunyi kata "tambah" dan "samadengan". Percaya atau tidak, pada saat kita bertanya "dua tambah empat samadengan enam" kepada seorang dewasa maka akan terlintas 2 + 4 = 6. Tetapi pada seorang anak akan terlintas dua bola tambah empat bola samadengan enam bola.

Sampai hari ke-31 ia sudah mengenal jumlah yang sbeenarnya sampai dengan 40 dan telah dapat menambah dalam setiap kombinasi yang ada sampai dengan 10. Tahap ini yang
terpenting adalah, bahwa ia telah mengerti "tambah" dan "samadengan" walaupun kita tidak membertiahunya.

Mulai hari ke-36 dst kita tidak perlu mengajarkan dengan urutan tertentu lagi. Ia sudah memahami. Berikanlah ia sekarang soal penjumlahan maka dengan cepat ia akan bisa menjawab.


Langkah berikutnya PENGURANGAN.

Pola ini sama dengan pola penjumlahan. Katakan "sepuluh kurang satu samadengan sembilan" Dan perlihatkan sejenak kartu berbola sembilan. Kemudian katakan "sepuluh kurang sembilan samadengan satu".

Pada hari ke-41 anda dapat mengajarkan mulai dari duapuluh kurang satu sampai dengan duapuluh kurang sembilan belas. Maka ia sekarang sedang menerima sembilan waktu belajar
yang sangat ringkas setiap harinya dengan urut-urutan sebagai berikut: Kartu-kartu bilangan, penjumlahan, pengurangan, kartu bilangan, penjumlahan, pengurangan, kartu bilangan, penjumlahan, pengurangan.

Di hari ke-42 mulailah dengan tigapuluh kurang satu hingga tigapuluh kurang duapuluh sembilan. Pada hari ke-43 mulailah dengan soal-soal pengurangan dalam bentuk dan
urutan yang tidak teratur sampai jumlah empatpuluh delapan.


Langkah berikutnya MEMECAHKAN SOAL.

Apabila apa yng kita sampikan sungguh-sungguh dan penuh kasih sayang, Insya Allah akan menghasilkan buah yang "harum" baunya dan nikmat rasanya.

Kini kita siap mengajarkan memecahkan soal, ingat bukan mengujinya. Mulailah dengan bilangan-bilangan.

Berlututlah di lantai menghadap anak. Ambillah kartu dengan 18 bola dan 25 bola. Kemudian mintalah si anak untuk menunjuk pada 25. Permintaan ini diajukan sambil lalu dan
riang. Jangan suruh dia mengucapkan duapuluh lima, sebab kita tidak sedang mengajar berbicara, tetapi sedang mengajarkan matematika. Jika ia tidak cukup cepat, katakan
dengan gembira, "Yang ini, bukan?" sambil mengangkat kartu 25 bola. Inilah cara mengajar yang jujur.

Ulangi lagi hingga anak dapat menunjukkan dengan benar. Jika ia dapat mengetahuinya, pujilah dan peluklah. Bahwa ia adalah seorang anak yang terpandai yang pernah kita kenal. Hal ini memang betul bukan ?

Begitu kita meluapkan kegembiraan dia akan secepatnya menaruh minat pada matematika untuk selamanya. Ia menjadi yakin bahwa matematika lebih menyenangkan daripada
"gula-gula". Terus lakukan seperti itu, maka anak kita akan lebih cepat menunjukkannya. Lakukan setelah itu pengurangan.

Sebagai catatan jangan memberikan waktu khusus untuk memecahkan soal-soal, tetapi campuradukkan atau sewaktu-waktu saja. Hingga anak kita merasakan kesenangan. Toh tidak ada tekanan yang kita berikan kepada anak kita.


Langkah berikutnya PERKALIAN

Katakan kepadanya kita mengajarkan perkalian. Lakukan hal yang sama seperti sebelumnya.

Mulailah dengan mengatakan "dua kali dua samadengan empat" sambil memperlihatkan kartu berbola empat. Teruskan sampai "dua kali lima samadengan sepuluh".

Pada hari ke-51, mulai dengan "tiga kali tiga samadengan sembilan". Akhirnya "tiga kali delapanbelas samadengan limapuluh empat".

Sampai hari ke 58 kita sampai pada "sepuluh kali enam samadengan enampuluh". Pada waktu mengajarkan perkalian kita bisa menyelipkan satu persoalan perkalian.


Langkah berikutnya PEMBAGIAN

Pada hari ke-60 kita mengajarkan pembagian. Sampai langkah ini ia telah mengetahui nilai sebenarnya hingga enampuluh lima. Mulailah dengan mengatakan "empat dibagi dua samadengan dua" hingga enampuluh empat dibagi dua samadengan tigapuluhdua".

Pada hari ke-68 kita sampai pada "tujuhpuluh dibagi sepuluh samadengan tujuh".

Sewaktu-waktu kita selingi dengan soal pembagian.


Langkah berikutnya PERSAMAAN

Pada hari ke-70 kita sudah menjadi seorang ahli matematika. Katakanlah kita sedang mengajarkan persamaan dengan riang gembira.

Sebetulnya ia sudah mengetahui semua persamaan dua langkah. Sebab, memang dua tambah tiga samadengan lima, tujuhpuluh dikurangi tigapuluhsatu samadengan tigapuluh sembilan,
delapan kali delapan samadengan enampuluh empat. Sekarang berikanlah soal persamaan tiga langkah. Katakanlah "tujuh tambah tigabelas kali tiga samadengan ." Kemudian perlihatkanlah kartu berbola enampuluh.

Setelah kita mengajarkan tiga langkah persamaan maka lanjutkanlah dengan langkah-langkah yang lain.

Yakinlah apa yang kita ajarkan akan menghasilkan hasil yang memuaskan.


Langkah selanjutnya ANGKA-ANGKA.

Langkah ini amat mudah. Sekarang kita mengambil kartu-kartu yang bertuliskan angka (kartu dg ukuran 14 x 14 cm). Angkatlah kartu yang bertuliskan 1 berwarna merah, dan katakan "ini satu".

Lakukan seterusnya hingga hari ke-99 ia akan mengetahui semuanya.

Selamat Mencoba !

(sumber : Drajat, penulis buku "Bersahabat dengan Matematika")
sumber: http://halaqah.net/v10/index.php?topic=880

Metode Glenn Doman : Usia Tepat Memulai Belajar Membaca

Pada usia berapa sebaiknya atau idealnya memulai mengajarkan anak membaca? Kapan sebenarnya seorang anak siap untuk mempelajari sesuatu? Sebelum sampai pada jawaban tersebut, ada baiknya kita petik sebuah cerita tentang seorang ibu muda yang datang kepada seorang ahli perkembangan anak. Sang ibu muda itu ingin berkonsultasi tentang waktu yang tepat bagi seorang anak belajar membaca. Pakar perkembangan anak itu bertanya, “Kapan anak Ibu akan lahir?” Jawab Ibu muda itu, “Oh, anak saya sudah berusia lima tahun sekarang.” “Ibu, cepatlah pulang, Ibu telah menyia-nyiakan lima tahun terbaik hidup anak Ibu,” Kata sang ahli perkembangan anak itu.

Semakin Dini Semakin Baik

Bapak-Ibu, usia balita kerap disebut golden years period atau usia emas. Periode ini adalah tahun-tahun pembentukan kecerdasan yang amat menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada periode ini juga sebaiknya memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada balita untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. Tugas orangtua sendiri adalah menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman serta menyediakan sarana dan prasarana yang tepat bagi tumbuh kembangnya.

Pada periode itu, balita bukan cuma memerlukan asupan gizi yang baik untuk perkembangan fisiknya, tapi juga asupan informasi, emosi dan spiritual untuk tumbuh kembang dirinya secara utuh.

Menurut Metode Glenn Doman, orangtua bisa memulai mengajarkan anaknya belajar membaca sejak bayi. Bahkan, sejak ia lahir karena Bapak-Ibu sudah berbicara padanya sejak ia lahir bahkan sejak ia masih dalam kandungan. Pembelajaran sejak dini akan melatih indera penglihatannya. Ada beberapa hal yang harus Bapak-Ibu pahami tentang anak balita:

1. Anak di bawah usia 5 tahun bisa dengan mudah menyerap banyak informasi.
2. Anak di bawah usia 5 tahun bisa menangkap informasi dengan kecepatan luar biasa.
3. Semakin banyak informasi yang diserap makin banyak pula yang diingatnya.
4. Anak usia di bawah 5 tahun mempunyai energi yang sangat besar.
5. Anak di bawah usia 5 tahun mempunyai keinginan belajar yang sangat besar.
6. Anak di bawah usia 5 tahun dapat belajar membaca dan ingin belajar membaca.

Dari uraian di atas terurai fakta bahwa semakin dini mengajarkna buah hati Anda membaca akan semakin baik. Apalagi Bapak-Ibu sudah memahami langkah-langkah dasar dalam tahapan membaca seperti yang telah dipaparkan panjang lebar dalam bab sebelumnya. Langkah-langkah pada setiap tahapan membaca tidak berubah atau berbeda karena faktor usia. Artinya, urutan langkah-langkah yang telah dipaparkan di bab sebelumnya tetap sama pada setiap usia. Hanya saja memang Anda harus ingat bahwa seorang bayi yang baru lahir tidak sama dengan anak usia 2 tahun. Bayi berusia 3 bulan tentu tidak sama dengan anak berusia 36 bulan. Terpenting pada bagian mana dari tahapan-tahapan membaca yang perlu ditekankan ketika Anda memulai program mengajarkan membaca pada si kecil.

sumber: http://www.nutrisibalitacerdas.com/home.php?act=article&mode=read&categoryID=2&articleID=250

Tuesday 26 May 2009

5 Tahap Metode Glenn Doman

Tahap Pertama : kata-kata tunggal

Mulailah dengan menggunakan hanya 15 kata tunggal. Pilih kata-kata tunggal yang akrab dengan kehidupan si kecil atau nama anggota keluarga, hewan-hewan favorit, benda-benda di dalam rumah, dan sebagainya. Misal mama, papa, kakek, nenek, kakak, adik.

Buat kata-kata tunggal tersebut dengan karton berukuran 15X50 cm
Tunjukkan padanya kata “mama”. Biarkan si kecil melihatnya tidak lebih dari 1 detik. Jangan berikan penjelasan atau perincian apapun kepadanya. Kemudian tunjukkan kata bertuliskan “papa” dan katakan, “Ini bacanya papa.” Tunjukkan 3 kata lainnya persis dengan cara yang sama. Setelah kata kelima, peluk dan ciumlah si kecil dengan penuh kasih sebagai rasa ungkapan cinta Anda. Jangan lupa katakan pada si kecil, betapa ia hebat dan pintar dan betapa Anda senang mengajarinya.

Saat Bapak-Ibu menunjukkan kartu-kartu itu sebaiknya diambil dari belakang sehingga Anda dapat membaca bagian sudut kiri atas yang terdapat kata tunggal yang diperlihatkan pada si kecil. Jadi, ketika Bapak-Ibu mengucapkan kata itu, Anda bisa memusatkan perhatian pada wajah si kecil. Cara ini efektif untuk melihat ekspresi wajah si kecil juga agar perhatian dan semangat Anda tertuju hanya pada si kecil Jangan sekali-sekali meminta si kecil untuk mengulangi kata-kata yang Anda ucapkan

Ulangi tahapan tersebut tiga kali pada hari pertama. Pastikan agar urutan kartu yang Anda tunjukkan pada si kecil berbeda setiap kali. Untuk itu sebaiknya kartu diacak atau dikocok setiap kali Bapak-Ibu selesai membacakan.

Hari kedua, ulangi 5 kata yang sudah dibacakan sebelumnya sebanyak 3 kali. Tambahkan kelompok kata kedua yang terdiri dari 5 kata tunggal baru. Kelompok kata baru ini seperti tahapan sebelumnya diperlihatkan dan dibacakan 3 kali sepanjang hari. Beristirahatlah diantara setiap kumpulan kata baru, kira-kira 15 menit.

Pada hari ketiga, tambahkan kelompok kata ketiga yang terdiri dari 5 kata baru. Cara yang dilakukan sama seperti diatas. Jangan lupa, pada akhir setiap pelajaran untuk mendekap dan memeluk si kecil dan katakana dia sangat pintar dan Anda sangat bangga dan sangat mencintainya.

Dengan 15 kata tunggal yang Anda perlihatkan dan bacakan membuat si kecil terlatih indera penglihatannya. Yang lebih penting lagi dengan kegiatan membaca ini si kecil melatih otaknya cukup baik untuk membedakan bentuk tulisan yang satu dengan yang lainnya. Anak juga telah menguasai salah satu bentuk abstraksi yang paling luar biasa dalam hidupnya: bisa membaca kata-kata dengan bantuan dan segenap kasih sayang kedua orangtuanya.

Setelah 3 kelompok kata pertama diperlihatkan pada si kecil selama 5 hari, Bapak-Ibu bisa menambahkan kata-kata baru dan mengeluarkan kata-kata lama dari setiap kelompok yang diajarkan selama 5 hari dengan menggantinya dengan kata baru di setiap kelompok.

Buatlah program harian untuk menunjukkan semangat Anda dalam mengajari si kecil membaca.

Metode Glenn Doman Tahap Kedua: Gabungan Dua Kata

Anda sudah mengenalkan banyak kata-kata tunggal pada si kecil. Tahapan berikutnya adalah memperkenalkan gabungan dua kata. Pengenalan gabungan dua kata ini merupakan langkah penting karena ini awal si kecil mengenal kalimat. Gabungan dua kata ini akan membantu si kecil melangkah ke tahap berikutnya dengan lebih mudah. Sebelum memulai tahapan ini, Bapak-Ibu bisa meninjau kembali perbendaharaan kata yang sudah diajarkan sehingga Anda bisa menggunakan kata-kata tersebut menjadi gabungan kata. Untuk memudahkan tahap ini, coba Anda masukkan satu kelompok kata yang sangat mudah diajarkan dan sangat akrab dengan si kecil, yakni warna.

Jangan lupa, di belakang kartu-kartu warna ini Bapak-Ibu gambarkan kotak dengan warna yang dimaksud. Bapak Ibu sebutkan kata-kata itu dan membalikkannya untuk menunjukkan warnanya. Anak-anak belajar warna dengan sangat cepat dan mudah dan dengan bersemangat akan menunjuk warna-warna itu dimana pun mereka berada. Setelah warna, warna dasar, Anda bisa melanjutkan untuk memperkenalkan sejumlah warna lain seperti nila, biru langit, hijau pupus, emas, perak dan sebagainya. Setelah itu, Anda bisa membuat gabungan kata-kata yang pertama.

Gabungan kata-kata ini akan mudah dipahami anak yang sudah mengenal kata-kata ini sebagai kata tunggal. Bagilah gabungan kata yang sudah Anda buat menjadi dua kelompok yang masing-masing terdiri dari lima gabungan kata. Tunjukkan setiap kelompok kata ini tiga kali sehari kepada si kecil selama 5 hari – bisa kurang dari lima hari. Setelah itu singkirkan satu gabungan kata dari setiap kelompok dan tambahkan satu gabungan kata baru dalam setiap kelompok dan singkirkan sebuah kata lama setiap harinya, persis sebelumnya.

Setelah melalui tahapan ini, Anda bisa melangkah ke pengenalan kata sifat. Untuk memudahkan umumnya kata sifat diajarkan berpasang-pasangan dengan lawan katanya.

Saat memperkenalkan kata sifat ini Bapak-Ibu bisa menambahkannya dengan gambar di bagian belakang kartu untuk menggambarkan idenya. Setelah itu Anda bisa menunjukkan gabungan dua kata.

Metode Glenn Doman Tahap Ketiga: Kalimat Sederhana

Setelah memperkenalkan gabungan kata dengan kontinu dan melihat si kecil antusias, Anda bisa melangkah ke tahapan pengenalan kalimat sederhana, sebuah kalimat yang terdiri dari gabungan kata yang sudah Anda ajarkan sebelumnya.

Ibu sedang memasak

Adik sedang membaca

Kakak sedang makan

Dengan perbendaharaan yang sudah Anda perkenalkan, banyak sekali gabungan kata yang membentuk kalimat sederhaan yang bisa dibuat dan diperkenalkan pada si kecil. Ada tiga cara efektif dan bagus untuk mengajarkan kalimat sederhana ini.

1. Gunakan kartu-kartu dengan kata-kata tunggal yang telah Bapak-Ibu buat sebelumnya lalu buatlah kartu dengan kata sedang. Bapak Ibu bisa duduk dan pegang lima kartu dengan kata sedang dan lima kartu dengan kata kerja. Ambil satu kartu dari setiap kelompok dan bentuklah sebuah kalimat. Bacakan kalimat itu kepada si kecil. Biarkan ia memilih satu kata dari setiap kelompok dan buatlah sebuah kalimat. Melibatkan si kecil akan membuatnya senang dan antusias. Bacakan kalimat itu kepada si kecil. Setelah itu buatlah tiga sampai lima kalimat bersama-sama. Bapak-ibu bisa melakukan permainan ini sesering yang diinginkan si kecil. Untuk membuat suasana belajar makin menyenangkan, Anda dan si kecil bisa mengganti kata benda dan kata kerjanya.

2. Dengan menggunakan kartu yang berukuran 10×50 cm, buatlah satu kelompok kata yang terdiri dari lima kalimat. Kurangi ukuran huruf-hurufnya agar satu kartu bisa memuat tiga atau empat kata. Jangan menuliskan kata-kata itu terlalu berdekatan, berilah jarak yang cukup diantara setiap kata. Perlihatkan kartu itu kepada si kecil sebanyak 3 kali setiap hari. Singkirkan dua kalimat lama setiap harinya. Si kecil akan belajar kalimat itu dengan sangat cepat sehingga Bapak-Ibu harus menyiapkan kalimat berikutnya dengan cepat pula.

3. Buatlah sebuah buku berisi kalimat-kalimat sederhana terdiri dari lima susunan kata-kata dengan sebuah gambar sederhana untuk setiap kalimat sederhana itu. Pertimbangkan ukuran kertas kartonnya. Jika kertas kartonn berukuran kira-kira 50×70cm, potonglah menjadi empat untuk membuat halaman buku berukuran 25×35cm. Pisahkan halaman untuk tulisan dan gambar. Nah, Anda bisa membuat buku harian pertama untuk buah hati Anda.

Untuk membuat ilustrasi pada kalimat-kalimat itu, Bapak-Ibu bisa menggunakan foto-foto si kecil pada kalimat kalimat sederhana intu sehingga menjadi lebih menarik dan membuat si kecil makin antusias.

Metode Glenn Doman Tahap Keempat: Kalimat Panjang

Setelah si kecil cukup “menguasai” kalimat-kalimat sederhana yang umumnya berbentuk pendek, hanya terdiri dari tiga gabungan kata, si kecil bisa mulai dikenalkan pada kalimat yang menyatakan pemikiran yang lebih lengkap. Anda bisa menggunakan prosedur dasar yang sama seperti saat memulai membuat kalimat. Hanya saja sekarang kita menggunakan lebih dari 3 kata.

Dari contoh-contoh kalimat di atas, Anda berarti perlu menambahkan kata-kata baru, yakni kata-kata bantu, seperti sebuah, di, itu, dengan dan lain-lain. Kata-kata ini tidak perlu diajarkan secara terpisah karena anak-anak akan mempelajarinya dalam konteks kalimat yang jelas dan masuk akal. Bila Anda sudah membuat kalimat-kalimat dengan empat kata dan menggunakan ketiga metode yang sudah dijelaskan di atas, Anda bisa menambahkan kata bantu seperti kata sifat dan kata keterangan. Setelah Anda mengajarkan kalimat dengan lima kata atau lebih maka kartu berukuran 10×50cm atau buku berukuran 25×35cm mulai tidak akan mampu lagi memuat tulisan Anda lagi. Karena itu lakukan hal berikut:

1. Kecilkan hurufnya
2. Tambahkan jumlah kata-katanya
3. Ganti warna tulisan dari merah menjadi hitam

Meski huruf-huruf dikecilkan tapi jangan terlampau kecil karena anak akan kesulitan melihatnya. Cobalah dengan huruf berukuran 2,5cm. Gunakan ini selama beberapa minggu. Jika tidak menimbulkan masalah Anda bisa menambah jumlah kata-katanya. Jika Bapak-Ibu menggunakan kalimat dengan lima kata lanjutkan dengan kalimat yang terdiri dari enam kata. Tetap gunakan huruf berukuran 2,5cm. Bila tidak ada masalah, kecilkan hurufnya menjadi kira-kira 2cm. Yang perlu diperhatikan oleh Anda adalah jangan pernah mengecilkan huruf-huruf dan menambah jumlah kata-katanya pada saat bersamaan.

Bila Bapak-Ibu mengecilkan hurufnya atau menambah kata-kata terlalu cepat, Anda akan melihat perhatian dan minat si kecil menurun. Mungkin anak akan berpaling dari tulisan ini dan hanya melihat Anda karena kartu atau halaman buku terlalu rumit baginya untuk dilihat. Bapak-Ibu jangan terburu-buru dalam proses ini. Selingi dengan acara bermain dan segelas susu frisianflag 123 / 456 .

Metode Glenn Doman Tahap Kelima: Buku-Buku

Anda sudah melewati serangkaian proses pembelajaran membaca, dari mulai pengenalan kata tunggal, gabungan kata, kalimat sederhana sampai kalimat dengan lima atau 6 kata. Langkat selanjutnya yang menjadi intinya adalah membaca buku. Si kecil sudah siap untuk membaca buku yang sebenarnya. Kemampuannya untuk menguasai kata-kata tunggal dengan tulisan yang besar, susunan kata-kata, ungkapan dan kalimat. Sekarang saatnya si kecil harus mampu membaca tulisan yang lebih kecil dan jumlah kata yang lebih banyak di setiap halaman buku. Ingatlah ketika Bapak-Ibu mengajarkannya membaca sebenarnya Anda telah menumbuhkan daya penglihatannya, sama seperti latihan olahraga membesarkan otot lengan.

Langkah awal pada tahapan ini adalah menyiapkan buku untuk mengajar si kecil membaca. Carilah buku dengan perbendaharaan kata yang sudah Anda ajarkan, seperti kata-kata tunggal, susunan kata-kata, dan ungkapan. Pilihan buku ini sangat penting dan harus memenuhi standar seperti berikut:

1. Buku itu memiliki perbendaharaan kata sebanyak lima puluh sampai seratus kata.
2. Buku itu berisi tidak lebih dari satu kalimat dalam satu halaman.
3. Tinggi tulisannya tidak boleh kurang dari 2 cm.
4. Teks harus mendahului dan terpisah dari gambar atau ilustrasinya.
5. Ilustrasi gambar juga harus menarik karena si kecil sedang memasuki tahap imajinasi dan fantasi.

Agar Metode Glenn Doman isa berhasil, pilihan buku juga sangat penting. Si kecil ingin membaca buku dengan alasan yang sama seperti para orangtua membaca buku. Si kecil akan berharap dengan membaca buku ia akan mendapatkan kegembiraan atau informasi atau keduanya. Anak akan suka cerita-cerita petulangan, dongeng, dan misteri yang ditulis dengan baik. Kalau menurut Anda buku itu menarik, si kecil juga akan menyukainya. Namun, bila Anda sendiri menganggap buku itu tidak menarik, si kecil pun mungkin akan sama seperti Anda, tidak tertarik pada buku tersebut.

Untuk membuat anak tertarik pada buku, perhatikan aturan berikut:

1. Pilihlah buku-buku yang menarik baginya.
2. Perkenalkan semua kata-kata baru sebagai kata-kata tunggal sebelum ia mulai membacanya.
3. Pilihkan buku yang teksnya besar dan jelas.
4. Pastikan anak membalik halaman buku untuk melihat ilustrasi yang mengikuti teks.

Nah, kini Bapak-Ibu sudah siap untuk memulai membaca buku itu bersama si kecil. Duduklah bersama dengan santai dan nyaman. Ingat, seperti tahapan pengenalan kata, jangan memaksakan anak kalau ia tidak sedang berminat. Anda harus memahami, anak masih mudah mengalihkan perhatiannya, Konsentrasinya mudah berubah. Jadi terkadang sulit mengajarnya duduk manis membaca buku. Bila anak mulai bosan, biarkan ia melakukan kegiatan lain. Jangan dipaksa! Kalau Anda menuntut bahkan memaksanya, anak akan memandang kegiatan membaca buku sebagai kegiatan tidak menyenangkan dan penuh beban. Kalau ini terjadi, sia-sialah tahapan-tahapan yang telah dilaluinya dengan penuh semangat dan kegembiraan serta segelas susu Frisian Flag 123 / 456.

sumber: http://www.nutrisibalitacerdas.com/home.php?act=article&mode=read&categoryID=2&articleID=249

Metode Glenn Doman — Program Bagi Anak Usia 48 Sampai 72 Bulan

Bila Bapak-Ibu baru memulai kegiatan belajar membaca ketika usia si kecil sudah menginjak 72 bulan atau 4 tahun, mulailah dengan kata-kata yang diminatinya. Mulailah dengan membuat kata-kata tunggal dari setiap alat yang ada di rumah jika anak Anda menyukai peralatan. Gunakan kamus dan carilah kata-kata yang sama artinya.

Misalnya ambillah kata “senang” dan buatlah daftar kata-kata yang berarti senang, seperti gembira, riang, bahagia.

Ingat, jangan memulai dengan kata-kata yang biasa seperti anggota keluarga, anggota tubuh, atau binatang peliharaan. Intinya, Bapak-Ibu harus memulai dengan bidang yang disenanginya sehingga kegiatan membaca ini bisa berjalan dengan menyenangkan. Menurut Metode Glenn Doman pada usia ini, anak sangat tertarik untuk membaca buku. Buatlah buku pribadi yang berisi kata-kata tunggal yang telah dipelajarinya.

Yang Anda harus pahami pada usia ini adalah:

1. Anak tidak akan menangkap suatu fakta begitu saja (kata-kata tunggal) secepat seorang bayi.
2. Anak tidak akan menyimpan suatu fakta semudah seorang bayi.
3. Anak akan mempunyai kesukaan dan ketidaksukaan yang terbentuk sangat kuat.
4. Anak perlu segera diperkenalkan dengan gabungan dua kata, kalimat sederhana, dan buku-buku agar dia bisa mengingat kata-kata tunggal yang pernah dilihatnya.
5. Anak yang harus merancang program kegiatan belajar membaca sendiri dengan memilih perbendaharaan kata yang dia sukai dan ingin dipelajari.

Setelah Anda mulai mengajarkannya membaca, yang pasti akan terjadi adalah: Bapak-Ibu akan merasa bahwa semua kegiatan belajar berlangsung dengan menyenangkan. Minumlah segelas susu Frisian Flag, anda berdua akan lebih bersemangat lagi mengajari putra-putri tercinta.

Melakukan Evaluasi Dengan Permainan

Anak-anak sangat suka belajar tetapi mereka sangat tidak suka dites. Percayalah. Anak-anak juga sama seperti orang dewasa yang melihat tes penuh dengan tekanan.

1. Mengajar seorang anak sama dengan memberinya hadiah yang menyenangkan.
2. Melakukan tes terhadap anak sama dengan meminta pembayaran di muka.
3. Semakin sering orangtua mengetesnya semakin lamban dia belajar dan semakin sedikit yang dia pelajari dan semakin bosan dia belajar.
4. Semakin sedikit orangtua mengetesnya semakin cepat si kecil belajar dan semakin banyak yang ingin ia pelajari.
5. Pengetahuan adalah hadiah paling berharga yang bisa Anda berikan pada si kecil.

Berikan pengetahuan itu sebanyak mungkin seperti Bapak-Ibu memberinya makanan bergizi.

Mengapa tidak boleh melakukan tes terhadap kegiatan belajar ini Sebenarnya apa yang dimaksud dengan tes? Tes adalah suatu usaha untuk mencari tahu apa yang tidak diketahui anak kecil. Karena itu, jangan pernah tes si kecil dengan menyuruhnya membacakan kartu-kartu yang Anda perlihatkan. “Ini bacanya apa?” sembari misalnya menunjukkan 2 gabungan kata.

Dengan mengetes anak, menandakan Anda tidak percaya kalau si kecil bisa membaca.
Karena itu, dalam tahapan membaca tidak pernah disarankan untuk mengulang perkataan
Bapak-Ibu ketika memperlihatkan kartu-kartu.

Alih-alih mengetes, Bapak-Ibu bisa melakukan evaluasi terhadap anak yang bentuknya adalah sebuah permainan memecahkan masalah. Seperti contoh, ambillah dua kartu yang disukainya. Misalnya, Bapak-Ibu memilih kartu yang bertuliskan kata “apel” dan “pisang”. Tanyakan pada si kecil, “Yang mana pisang?” ini adalah kesempatan yang bagus untuk bayi jika ia diminta melihat atau menyentuh kartu itu. Jika si kecil melihat atau menyentuh pada kartu pisang, Anda pasti merasa senang. Jika si kecil melihat atau menunjuk pada kartu yang lain, katakan, “Ini apel dan ini pisang” sembaru menunjukkan kartu-kartu itu.

sumber: http://www.nutrisibalitacerdas.com/home.php?act=article&mode=read&articleID=277&categoryID=2

Metode Glenn Doman — Program Bagi Anak Usia 30 Sampai 48 Bulan

Dalam Metode Glenn Doman ada tiga hal penting yang harus diingat Bapak-Ibu ketika memulai mengajarkan membaca pada usia ini:

1. Pilihlah kata-kata yang diminati anak. Pada usia ini anak Anda sudah menjadi seorang gadis atau laki-laki kecil. Kepribadiannya sudah lebih terbentuk. Begitu pula dengan minatnya. Cobalah untuk mengajaknya membuat dan membantu Anda merancang program kegiatan membaca.

2. Hindari kata-kata bagian tubuh (misalnya mata, hidung, pipi), ini terlalu sederhana dan membosankan mereka kalau Bapak-Ibu baru memulai mengajarinya membaca.

3. Mulailah dengan kata-kata paling diminatinya. Jika si kecil menyukai mobil, mulailah dengan kata-kata seputar dunia mobil.

garasi
sedan
truk

Pada usia ini si kecil tidak akan bisa mempelajari kata-kata tunggal secepat yang dilakukan seorang bayi usia 6 – 12 bulan. Tapi, Anda tidak perlu putus asa, anak masih bisa belajar dengan kecepatan yang mengagumkan. Hanya saja memang tidak secepat seperti kemampuan belajar seorang bayi.

Anda perlu menggunakan kalimat-kalimat sederhana dan buku-buku lebih cepat daripada dengan anak yang lebih muda. Susunan gabungan dua kata, kalimat-kalimat sederhana dan buku adalah cara yang ideal untuk mengulang perbendaharaan kata-kata lama dengan cara baru yang menyenangkan dan sangat bermanfaat bagi anak pada usia 30 sampai 48 bulan.


sumber: http://www.nutrisibalitacerdas.com/home.php?act=article&mode=read&articleID=276&categoryID=2

Metode Glenn Doman : Program Bagi Anak Usia 18 Sampai 30 Bulan

Ada tiga hal penting yang perlu diingat ketika mengajar anak usia ini.

1. Pilihlah kata-kata yang disukai anak. Bapak-Ibu harus memilih kata-kata untuk kegiatan belajar membaca ini dengan hati-hati. Pilihlah kata-kata yang sangat diinginkannya. Perkenalkan perbendaharaan kata-kata yang lebih luas mencakup benda-benda miliknya atau makanan yang disukainya. Anda juga bisa mengajarinya kata sifat dan kata keterangan, seperti:

manis
asin
baik
bagus

2. Mulailah kegiatan belajar membaca setahap demi setahap. Mulailah dengan satu kelompok kata saja yang terdiri dari 5 kata. Tunjukkan padanya secara sekilas satu per satu kata-kata itu. Ulangi lagi pada kesempatan yang baik ketika si kecil tengah merasa nyaman dan santai. Setelah beberapa hari tambahkan 1 kelompok kata lagi yang terdiri dari 5 kata. Kemudian secara perlahan perlihatkan kelompok kata baru berikutnya. Begitu seterusnya. Kata yang paling menarik minat anak usia ini adalah kata-kata yang ingin diucapkannya. Jadi pilihlah kata-kata yang diminatinya.

Setelah cukup banyak memperkenalkan kata-kata tunggal dan gabungan kata buatlah beberapa kalimat yang lucu. Jadi jangan sampai Bapak-Ibu membuat ribuan kata tunggal untuk membuat kalimat. Ingat, anak usia 18 sampai 30 bulan bukan lagi seorang bayi. Si kecil lebih menyukai kalimat daripada kata-kata tunggal.

sumber: http://www.nutrisibalitacerdas.com/home.php?act=article&mode=read&articleID=270&categoryID=2

Metode Glenn Doman–Program Bagi Bayi Usia 12 Sampai 18 Bulan

Jika Bapak-Ibu baru memulai mengajarkan membaca pada usia ini, harus dipahami anak usia ini umumnya sudah bisa berjalan atau merambat dengan berpegangan pada benda-benda di sekitarnya atau pada orang-orang untuk mulai melangkah sendiri. Sementara pada usia 18 bulan, si kecil sudah pandai berjalan bahkan berlari. Aktivitas si kecil pada usia 18 bulan sangat-sangat lincah bergerak kesana kemari. Ia akan makin giat mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya. Gerakan fisiknya kadang mulai tidak terkendali. Untuk itu saat memulai program membaca ini, ada 2 hal yang penting diingat Bapak-Ibu:

1. Pelajaran harus dibuat sangat singkat.
2. Hentikan sebelum si kecil ingin menghentikannya.

Pada usia ini tekankan langkah pertama dan kedua pada tahapan membaca. Untuk mengingatkan kembali, mari kita sedikit mereview kembali.

Tahapan pertama Metode Glenn Doman: kenalkan dan gunakan hanya 15 kata tunggal. Piih kata-kata tunggal yang akrab dengan si kecil. Buat kata-kata tunggal itu dengan karton berukuran 15×50cm. Tunjukkan pada si kecil satu per satu kata-kata itu sambil mengucapkan dengan suara dan intonasi jelas. Biarkan si kecil melihatnya hanya 1 detik. Bapak-Ibu jangan memberikan penjelasan apa pun pada kata-kata tersebut.

Pelajaran Metode Glenn Doman kemudian bisa dilanjutkan sesuai dengan cara dan metode yang sudah Anda pelajari di bab sebelumnya. Setelah si kecil cukup menguasai tahap pertama, Anda bisa melanjutkan pada tahapan kedua program membaca tersebut.

Dengan mobilitas si kecil yang tak mau berdiam diri, bergerak kesana kemari, prinsip menghentikan kegiatan belajar sebelum si kecil ingin menghentikannya harus benar-benar dilaksanakan.

Karena pada usia ini, And harus benar-benar jeli membaca kondisi fisik dan emosi si kecil. Ketika ia mulai terlihat bosan, mengantuk, tidak nyaman, tidak bisa diam karena ingin bergerak, segera hentikan kegiatan belajar membaca. Selingi dengan permainan dan segelas susu Frisian Flag 123.

Kegiatan belajar yang sangat singkat dan menyenangkan adalah yang terbaik bagi buah hati tercinta.

sumber: http://www.nutrisibalitacerdas.com/home.php?act=article&mode=read&articleID=264&categoryID=2

Metode Glenn Doman–Program Bagi Bayi Usia 7 Sampai 12 Bulan

Pada usia 7 sampai 12 bulan sudah tentu mobilitasnya semakin berkembang. Si kecil sudah pandai berguling, merangkak dan merambat. Ia tidak mau berdiam diri. Ia semakin lincah bergerak.

Untuk bayi yang sedang dalam tahap eksplorasi ini, gunakan hanya satu kategori yang terdiri dari 5 kata setiap kali mengajarinya. Kemudian lanjutkan dengan tahapan-tahapan Metode Glenn Doman yang telah dipaparkan di bab sebelumnya.

Yang harus diingat, pada usia anak 7 sampai 12 bulan:

1. Buatlah pelajaran sangat singkat.
2. Berikan pelajaran sesering mungkin.

sumber: http://www.nutrisibalitacerdas.com/home.php?act=article&mode=read&articleID=259&categoryID=2

Metode Glenn Doman : Usia Tepat Memulai Belajar Membaca

Pada usia berapa sebaiknya atau idealnya memulai mengajarkan anak membaca? Kapan sebenarnya seorang anak siap untuk mempelajari sesuatu? Sebelum sampai pada jawaban tersebut, ada baiknya kita petik sebuah cerita tentang seorang ibu muda yang datang kepada seorang ahli perkembangan anak. Sang ibu muda itu ingin berkonsultasi tentang waktu yang tepat bagi seorang anak belajar membaca. Pakar perkembangan anak itu bertanya, “Kapan anak Ibu akan lahir?” Jawab Ibu muda itu, “Oh, anak saya sudah berusia lima tahun sekarang.” “Ibu, cepatlah pulang, Ibu telah menyia-nyiakan lima tahun terbaik hidup anak Ibu,” Kata sang ahli perkembangan anak itu.

Semakin Dini Semakin Baik

Bapak-Ibu, usia balita kerap disebut golden years period atau usia emas. Periode ini adalah tahun-tahun pembentukan kecerdasan yang amat menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada periode ini juga sebaiknya memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada balita untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. Tugas orangtua sendiri adalah menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman serta menyediakan sarana dan prasarana yang tepat bagi tumbuh kembangnya.

Pada periode itu, balita bukan cuma memerlukan asupan gizi yang baik untuk perkembangan fisiknya, tapi juga asupan informasi, emosi dan spiritual untuk tumbuh kembang dirinya secara utuh.

Menurut Metode Glenn Doman, orangtua bisa memulai mengajarkan anaknya belajar membaca sejak bayi. Bahkan, sejak ia lahir karena Bapak-Ibu sudah berbicara padanya sejak ia lahir bahkan
sejak ia masih dalam kandungan. Pembelajaran sejak dini akan melatih indera penglihatannya. Ada beberapa hal yang harus Bapak-Ibu pahami tentang anak balita:

1. Anak di bawah usia 5 tahun bisa dengan mudah menyerap banyak informasi.
2. Anak di bawah usia 5 tahun bisa menangkap informasi dengan kecepatan luar biasa.
3. Semakin banyak informasi yang diserap makin banyak pula yang diingatnya.
4. Anak usia di bawah 5 tahun mempunyai energi yang sangat besar.
5. Anak di bawah usia 5 tahun mempunyai keinginan belajar yang sangat besar.
6. Anak di bawah usia 5 tahun dapat belajar membaca dan ingin belajar membaca.

Dari uraian di atas terurai fakta bahwa semakin dini mengajarkna buah hati Anda membaca akan semakin baik. Apalagi Bapak-Ibu sudah memahami langkah-langkah dasar dalam tahapan membaca seperti yang telah dipaparkan panjang lebar dalam bab sebelumnya. Langkah-langkah pada setiap tahapan membaca tidak berubah atau berbeda karena faktor usia. Artinya, urutan langkah-langkah yang telah dipaparkan di bab sebelumnya tetap sama pada setiap usia. Hanya saja memang Anda harus ingat bahwa seorang bayi yang baru lahir tidak sama dengan anak usia 2 tahun. Bayi berusia 3 bulan tentu tidak sama dengan anak berusia 36 bulan. Terpenting pada bagian mana dari tahapan-tahapan membaca yang perlu ditekankan ketika Anda memulai program mengajarkan membaca pada si kecil.

sumber: http://www.nutrisibalitacerdas.com/home.php?act=article&mode=read&articleID=250&categoryID=2

Mengajar Bayi Anda Membaca (Metode Glenn Doman)

Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi otak manusia dari semua makhluk hidup di dunia ini, cuma manusia yang dapat membaca. Membaca merupakan fungsi yang paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Anak-anak dapat membaca sebuah kata ketika usia mereka satu tahun, sebuah kalimat ketika berusia dua tahun, dan sebuah buku ketika berusia tiga tahun dan mereka menyukainya.

Tahun 1961 satu tim ahli dunia yang terdiri atas, dokter, spesialis membaca, ahli bedah otak dan psikolog mengadakan penelitian “Bagaimana otak anak-anak berkembang?”. Hal ini kemudian berkembang menjadi satu informasi yang mengejutkan mengenai bagaimana anak-anak belajar, apa yang dipelajari anak-anak, dan apa yang bisa dipelajari anak-anak.

Hasil penelitian juga mendapatkan, ternyata anak yang cedera otak-pun dapat membaca dengan baik pada usia tiga tahun atau lebih muda lagi. Jelaslah bahwa ada sesuatu yang salah pada apa yang sedang terjadi, pada anak-anak sehat, jika di usia ini belum bisa membaca.

Penelitian tentang Otak Anak
Bagi otak tidak ada bedanya apakah dia ‘melihat’ atau ‘mendengar’ sesuatu. Otak dapat mengerti keduanya dengan baik. Yang dibutuhkan adalah suara itu cukup kuat dan cukup jelas untuk didengar telinga, dan perkataan itu cukup besar dan cukup jelas untuk dilihat mata sehingga otak dapat menafsirkan. Kalau telinga menerima rangsang suara, baik sepatah kata atau pesan lisan, maka pesan pendengaran ini diuraikan menjadi serentetan impuls-impuls elektrokimia dan diteruskan ke otak yang bisa melihat untuk disusun dan diartikan menjadi kata-kata yang dapat dipahami.

Begitu pula kalau mata melihat sebuah kata atau pesan tertulis. Pesan visual ini diuraikan menjadi serentetan impuls elektrokimia dan diteruskan ke otak yang tidak dapat melihat, untuk disusun kembali dan dipahami. Baik jalur penglihatan maupun jalur pendengaran sama-sama menuju ke otak dimana kedua pesan ditafsirkan otak dengan proses yang sama.

Dua faktor yang sangat penting dalam mengajar anak:
1. Sikap dan pendekatan orang tua
Syarat terpenting adalah, bahwa diantara orang tua dan anak harus ada pendekatan yang menyenangkan, karena belajar membaca merupakan permainan yang bagus sekali.

Belajar adalah:
- Hadiah, bukan hukuman
- Permainan yang paling menggairahkan, bukan bekerja
- Bersenang-senang, bukan bersusah payah
- Suatu kehormatan, bukan kehinaan

2. Membatasi waktu untuk melakukan permainan ini sehingga betul-betul singkat. Hentikan permainan ini sebelum anak itu sendiri ingin menghentikannya.

Bahan yang sesuai:
a. bahan-bahan dibuat dari kertas putih yang agak kaku (karton poster)
b. kata-kata yang dipakai ditulis dengan spidol besar
c. tulisannya harus rapi dan jelas, model hurufnya sederhana dan konsisten

Tahap-tahap mengajar:


TAHAP PERTAMA : (perbedaan penglihatan)
Mengajarkan anak anda membaca dimulai menggunakan hanya lima belas kata saja. Jika anak anda sudah mempelajari 15 kata ini, dia sudah siap untuk melangkah ke perbendaharaan kata-kata lain.

1. Ukuran karton : tinggi 15 cm, panjang 60 cm
2. Ukuran huruf, tinggi 12,5 cm dan lebar 10 cm, serta setiap huruf berjarak kira-kira 1,25 cm
3. Huruf berwarna merah
4. Gunakan huruf kecil (bukan huruf kapital)
5. Buatlah hanya 15 kata, misal : IBU (UMMI/MAMA/BUNDA), BAPAK (ABI/PAPA/AYAH)
6. Ke-15 kata-kata pertama harus terdiri dari kata-kata yang paling dikenal dan paling dekat dengan lingkungannya yaitu nama-nama anggota keluarga, binatang peliharaan, makanan kesukaan, atau sesuatu yang dianggap penting untuk diketahui oleh sang anak.

Hari Pertama
Gunakan tempat bagian rumah yang paling sedikit terdapat benda-benda yang dapat mengalihkan perhatian, baik pendengarannya maupun penglihatannya. Misalnya, jangan ada radio yang dibunyikan.
1. Tunjukkan kartu bertuliskan IBU/AYAH atau yang lainnya
2. Jangan sampai ia dapat menjangkaunya
3. Katakan dengan jelas ‘ini bacaannya IBU/AYAH’
4. Jangan jelaskan apa-apa
5. Biarkan dia melihatnya tidak lebih dari 1 detik
6. Tunjukkan 4 kartu lainnya dengan cara yang sama
7. Jangan meminta anak mengulang apa yang anda ucapkan
8. Setelah kata ke-5, peluk, cium dengan hangat dan tunjukkan kasih sayang dengan cara yang menyolok
9. Ulangi 3 kali dengan jarak paling sedikit 1,5 jam

Hari Kedua
1. Ulangi pelajaran dasar hari pertama 3 kali
2. Tambahkan lima kata baru yang harus diperlihatkan 3 kali sepanjang hari kedua. Jadi ada 6 pelajaran
3. Jangan lupa menunjukkan rasa bangga anda
4. Jangan lakukan test, belum waktunya !

Hari Ketiga
1. Lakukan seperti hari ke-2
2. Tambahkan lima kata baru seperti hari kedua sehingga menjadi 9 pelajaran

Hari keempat, kelima, keenam ulangi seperti hari ketiga tanpa menambah kata-kata baru.

Hari Ketujuh
Beri kesempatan pada anak untuk memperlihatkan kemajuannya:
1. Pilih kata kesukaannya
2. Tunjukkan kepadanya dan ucapkan denga jelas ‘ini apa?’
3. Hitung dalam hati sampai sepuluh, Jika anak anda mengucapkan, pastikan anda gembira dan tunjukkan kegembiraan anda Jika anak anda tidak memberikan jawaban atau salah, katakan dengan gembira apa bunyi kata itu dan teruskan pelajarannya.

Ancaman
Kebosanan adalah satu-satunya ancaman. Jangan sampai anak menjadi bosan. “Mengajarnya terlalu lambat akan lebih cepat membuatnya bosan daripada mengajarnya terlalu cepat”

Pada tahap pertama ini, dua hal luar biasa telah anda lakukan:
1. Dia sudah melatih indera penglihatan, dan yang lebih penting: dia telah melatih otaknya cukup baik untuk dapat membedakan bentuk tulisan yang satu dengan yang lainnya.
2. Dia sudah menguasai salah satu bentuk abstraksi yang paling luar biasa dalam hidupnya: dia dapat membaca kata-kata. Hanya ada satu lagi abstraksi besar harus dikuasainya, yaitu huruf-huruf dalam abjad.

TAHAP KEDUA : (kata-kata diri)
Kita mulai mengajarkan anak membaca dengan menggunakan kata-kata ‘diri’ karena anak memang mula-mula mempelajari badannya sendiri.
1. Ukuran karton 12,5 tinggi dan 60 cm panjang
2. Ukuran huruf 10 cm tinggi dan 7,5 cm lebar dengan jarak 1 cm
3. Huruf dan warna seperti tahap pertama
4. Buat 20 kata-kata tentang dirinya, misalnya: tangan kaki gigi jari kuku lutut mata perut
lidah pipi kuping dagu dada leher paha siku hidung jempol rambut bibir
5. Dari 3 kelompok kata masing-masing 5 kata di tahap awal, ambil masing-masing 1 kata lama dan tambahkan dengan 1 kata baru di tahap kedua
6. Dari 20 kata baru pada tahap kedua, ambil 10 kata dan jadikan 2 kelompok kata masing-masing 5 kata

7. Jadi sekarang anda memiliki:
- 3 kelompok kata dari tahap pertama yang sudah ditambah kata-kata baru
- 2 kelompok kata baru dari tahap kedua
- total 5 kelompok kata = 25 kata
8. Lakukan seperti tahap pertama
9. Setelah 5 hari ganti 1 kata dari masing-masing kelompok dengan kata baru, sehingga anak mempelajari 5 kata baru.
10. Setelah itu setiap hari ganti 1 kata lama dari masing-masing kelompok data dengan 1 kata baru. Dengan demikian setiap hari anak belajar 5 kata baru masing-masing satu dalam setiap
kelompok kata, dan 5 kata lama diambil setiap harinya.

TIPS:
1. Usahakan jangan ada 2 kata yang dimulai dengan yang sama secara berurutan, misalnya ‘lidah’ dengan ‘lutut’
2. Anak-anak usia 6 bulan sudah bisa diajarkan. Lakukan dengan cara yang persis sama kalau anda mengajarnya berbicara
3. Ingat, membaca bukan berbicara
4. Usaha mengajar bayi membaca dapat membaca dapat mempercepat berbicara dan memperluas perbendaharaan kata.

TAHAP KETIGA : (kata-kata ‘rumah’)
Sampai tahap ini, baik orang tua maupun anak harus melakukan permainan membaca ini dengan kesenangan dan minat besar. Ingatlah bahwa anda sedang menanamkan cinta belajar dalam diri anak anda, dan kecintaan ini akan berkembang terus sepanjang hidupnya. Lakukan permainan ini dengan gembira dan penuh semangat.
1. Ukuran karton 7,5 cm tinggi dan 30 cm panjang
2. Ukuran huruf 5 cm tinggi dan 3,5 cm lebar dengan jarak lebih dekat
3. Huruf dan warna seperti tahap tahap kedua
4. Terdiri dari nama-nama benda di sekeliling anak serta lebih dari 2
suku kata, misalnya: kursi, meja, dinding, lampu, pintu, tangga,
jendela, dll
5. Gunakan cara pada tahap kedua dengan setiap hari menambah
5 kata baru dari tahap ke tiga
6. Setelah kata benda, masukkan kata milik, misalnya: piring, gelas,
topi, baju, jeruk, celana,sepatu, dll.
7. Setelah itu masukkan kata perbuatan, misalnya: duduk,
berdiri, tertawa, melompat, membaca, dll
8. Pada tahap kata perbuatan , agar lebih menarik, sambil
menunjukkan kata tersebut, anda praktekkan sambil katakana ‘Ibu
melompat’, ‘kakak melompat’, dsb

TAHAP KEEMPAT :
1. Ukuran kartu 4 cm tinggi dan 20 cm panjang
2. Ukuran huruf 5 cm
3. Huruf kecil, warna hitam
4. Tunjukkan kata demi kata seperti tahap sebelumnya lalu gabungkan misalnya
‘ini’ dan kata ‘bola’ menjadi ‘ini bola’.
5. Lakukan beberapa kata beberapa kali setiap hari.

TAHAP KELIMA : (susunan kata dalam kalimat)
1. Pilihkan buku sederhana dengan syarat :
Perbendaharaan kata tidak lebih dari 150 kata Jumlah kata dalam 1 halaman tidak lebih dari 15-20 kata
Tinggi huruf tidak kurang dari 5 mm
Sedapat mungkin teks dan gambar terpisah.
Carilah yang mendekati persyaratan tersebut

2. Salinlah kata-kata yang ada setiap halaman tersebut ke dalam satu kartu kira-kira ukuran 1 kertas A4. Huruf hitam, ukuran tinggi huruf 2,5 cm. Jumlah kartu ’susunan kata-kata’ sama dengan jumlah halaman buku. Ukuran kartu harus sama walaupun jumlah kata tidak sama. Sekarang anda sudah mempunyai kartu-kartu dengan kata-kata yang ada dalam setiap halaman buku yang akan dibaca anak. Lubangi sisi kartu-kartu untuk dijilid menjadi sebuah buku yang isinya sama namun ukurannya lebih besar.

3. Bacakan kartu demi kartu pelan-pelan, sehingga anak belajar kalimat demi kalimat.
4. Bacakan dengan ekspresi sesuai dengan kalimat bacaan.
5. Lakukan secara rutin, minimal 5 kartu sebanyak 3 kali selama 5 hari.
6. Ketika membaca kartu pada hari lainnya, kartu yang lama sebaiknya diulang. Setelah selesai kartu-kartu dibaca, simpanlah beurutan di dalam sebuah map atau dibinding deperti buku.
7. Pada saat selesai 1 buku, berilah ijazah yg ditandatangani ibu, yg menyatakan bahwa pada hari ini, tanggal ini, pada usia anak sekian, telah selesai dibaca buku ini.

TAHAP KEENAM : (susunan kata dalam kalimat)
Pada tahap ini, anak sudah siap membaca buku yg sebenarnya, karena dia sudah 2 kali melakukan hal itu. Perbedaan ukuran huruf dari 5 cm (Tahap 4), 2,5 cm (Tahap 5) dan 5 mm (Tahap 6 ini) adalah sangat berarti khususnya bagi anak yang masih sangat muda, karena itu juga berarti anda membantu mendewasakan dan memperbaiki indera penglihatannya.

Kunci Keberhasilan
1. Jangan membosankan anak
2. Jangan memaksa anak
3. Jangan tegang
4. Jangan mengajarkan abjad terlebih dahulu
5. Bergembiralah
6. Ciptakan cara baru
7. Jawablah semua pertanyaan anak
8. Berilah buku bacaan yang bermutu

Penutup
Pada dasarnya anak memiliki kemampuan yang luar biasa, khususnya pada usia yg semakin kecil. Hanya diperlukan perhatian, kemauan,ketekunan serta yang utama kasih sayang orangtua untuk membuatnya mampu mengeluarkan potensinya yg luar biasa tsb.

Keinginan orangtua pada umumnya adalah :
1. Menginginkan anak mereka bahagia di dalam hidupnya dengan
menjadikan anak mereka tangguh dan siap bersaing.
2. Untuk itu dibutuhkan anak yg cerdas baik rasional maupun
emosional serta rasa ingin tahu yang besar.
3. Anak dapat diketahui rasa ingin tahunya yang besar dari banyaknya
pertanyaan yg diajukannya.
4. Untuk memuaskan rasa ingin tahunya, anak harus dibimbing supaya
suka membaca.
5. Agar anak suka membaca, dibutuhkan kemampuan membaca dan sarana
untuk membaca yang tidak lepas dari buku.

Jadi, dengan buku yg merupakan “JENDELA ILMU”, anak akan mampu membuka cakrawala kehidupan masa depannya dengan keceriaan.

“Selamat berkarya untuk anak-anak tercinta !”

Sumber: Buku “Mengajar Bayi Membaca” – Glenn Doman
sumber: http://dranak.blogspot.com/2006/06/mengajar-bayi-anda-membaca-metode.html

Metode Glenn Doman

Setiap orang tua menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang menjadi seorang anak yang memiliki talenta, keterampilan kecakapan dan tentunya budi pekerti yang baik. Satu hal yang diimpi-impikan oleh para orang tua adalah melihat anaknya menjadi seorang juara, khususnya dalam dunia pendidikan. Sehingga tidak jarang orang tua akan memikirkan dimana tempat yang sangat bagus untuk men-sekolahkan anaknya, dan sekolah yang baguspun belum cukup, anak akan di jejali lagi dengan berbagai macam kursus. Apakah hal tersebut salah? saya kira tidak, selama si anak menjalankan semuanya itu dengan senang, bukan dibawah tekanan.

Disini saya ingin berbagi perihal metode mengajarkan anak bayi kita untuk membaca, Hah apa kagak salah! bayi diajar membaca, berjalan aja masih kagak mampu. :) Metode ini diungkapkan Glenn Doman dimana Glan Domman menggunakan metode ini kepada anak yang mengalami cedera otak, sehingga menjadikan anak tersebut lebih terlambat dari anak anak yang seusianya baik dalam hal bicara, membaca ataupun mengnalisa.

Metode Glenn Doman mengajak anak belajar dalam suasana yang sangat nyaman seolah olah sianak diajak bukan belajar akan tetapi diajak bermain dengan riang. Suasana inilah yang menimbulkan keingintahuan anak meningkat. dan kegiatan ini dilaksanakan dengan penuh kasih orang tua terhadap anak dalam artian orang tua tidak diijinkan untuk menguji sianak. Kegiatan harus dihentikan ketika si anak kelihatan sudah bosan.

Buku How to Teach Your Baby to Read ini selain mengajarkan kepada kita metode Glenn Doman, juga memberikan sebuah cerita yang sangat menyentuh tentang seorang anak yang mengalami cidera otak yang parah sejak lahir, Tommy anak dari Bapak Lunski. Di buku ini diceritakan bagaimana Tommy yang sudah divonis oleh ahli bedah saraf bahwa Tommy tidak akan bisa bicara dan berjalan sehingga harus tinggal di lembaga perawatan seumur hidupnya. Akhirnya bisa hidup normal dengan terapi metode Glenn Doman yang dilakukan selama enam puluh hari oleh Bapak dan ibu lunski.

sumber: http://artha.web.id/metode-glenn-doman/

Membangun Sinergisme dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Ditulis oleh Drs. Harun Al Rasyid, M.si

Ahli psikologi perkembangan, Bredekamp, et all (1997:97) mengungkapkan bahwa pemberian pendidikan pada anak usia dini diakui sebagai periode yang sangat penting dalam membangun sumber daya manusia dan periode ini hanya datang sekali serta tidak dapat diulang lagi, sehingga stimulasi dini yang salah satunya adalah pendidikan mutlak diperlukan.

Lalu, pendidikan yang bagaimanakah yang diperlukan? Tentu saja pendidikan yang tidak sekedar mengejar target kurikulum, atau untuk mengejar keinginan masyarakat/orang tua, seperti kemampuan anak membaca, menulis dan berhitung secara maksimal, tetapi pendidikan yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pendidikan bagi anak usia dini telah berkembang luas, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Berbagai macam program pendidikan anak usia dini ini dikembangkan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat. Minat mengembangkan pendidikan anak usia dini sebenarnya bersumber dari lima macam pemikiran yaitu:

1. Meningkatkan tuntutan terhadap pengasuhan anak dari para ibu yang bekerja, yang berasal dari berbagai tingkatan sosial ekonomi
2. Adanya perhatian yang dikaitkan dengan produktivitas, persaingan yang bersifat internasional, permintaan tenaga kerja yang bersifat global, kesempatan kerja yang luas baik bagi wanita maupun bangsa manapun
3. Pandangan bahwa pengasuhan anak sebagai sesuatu kekuatan utama guna membantu para ibu untuk meningkatkan kualitasnya baik sebagai ibu maupun sebagai sumber daya manusia pada umumnya, sehingga dapat bersaing dalam pasar tenaga kerja
4. Adanya hasrat untuk meningkatkan kualitas anak sejak usia dini terutama bagi mereka yang orang tuanya kurang beruntung, antara lain yang kurang mampu memasukkan anak ke taman kanak-kanak Program untuk anak usia dini mempunyai dampak positif yang panjang terhadap peningkatan kualitas perkembangan anak (Mitchell,1989).

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan bagian integral dalam Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah. Konsep PAUD merupakan adopsi dari konsep Early Child Care and Education (ECCE) yang juga merupakan bagian dari Early Child Development (ECD). Konsep ini membahas upaya peningkatan kualitas SDM dari sektor “hulu”, sejak anak usia 0 tahun bahkan sejak pra lahir hingga usia 8 tahun.

Teori lama yang merekomendasikan bahwa pendidikan baru dapat dimulai ketika anak telah berusia 7 tahun, kini terbantahkan. Hasil penelitian mutakhir dari para ahli neurologi, psikologi, dan paedagogi menganjurkan pentingnya pendidikan dilakukan sejak anak dilahirkan, bahkan sejak anak masih dalam kandungan ibunya. Justru pada masa-masa awal inilah yang merupakan masa emas (golden age) perkembangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% kapabilitas kecerdasan manusia terjadi pada tingkat kanak-kanak pada kurun waktu 4 tahun pertama sejak kelahirannya. Oleh karena itu penanganan anak dengan stimulasi pendidikan pada masa-masa usia tersebut harus optimal. Kemudian, 80% kecerdasan itu terjadi saat anak usia 8 tahun, dan titik kulminasinya terjadi pada saat mereka berusia 18 tahun. Setelah melewati masa perkembangan tersebut, maka berapa pun kapabilitas kecerdasan yang dicapai oleh masing-masing individu, tidak akan meningkat lagi.

Semua aspek perkembangan kecerdasan anak, baik motorik kasar, motorik halus, kemampuan non fisik, dan kemampuan spiritualnya dapat berkembang secara pesat apabila memperoleh stimulasi lingkungan secara cukup. Perkembangan yang terjadi pada masa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya.

Pola belajar yang diterapkan pada anak dini usia tidaklah sama dengan pola belajar pada anak usia SD ke atas. Untuk itu perlu diperhatikan oleh penyelenggara program pendidikan pada anak usia dini terutama sumber belajar atau tenaga pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar haruslah mengetahui bagaimana pola belajar pada anak usia dini.

Pola belajar pada anak usia dini haruslah dibangun berdasarkan atas pertumbuhan dan perkembangan anak secara tepat yang pelaksanaannya dikemas sesuai dengan dunia anak, yaitu bermain. yang merupakan kegiatan rutinitas yang sangat menyenangkan bagi anak, serta melalui bermainlah anak akan belajar.

Lebih lanjut, di dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan dalam tiga jalur, yaitu jalur formal, non formal dan informal.

Pendidikan anak usia dini pada jalur formal antara lain diselenggarakan dalam bentuk taman kanak-kanak, raudlatul athfal, dan sejenisnya, sedangkan pada jalur non formal antara lain taman penitipan anak, kelompok bermain, taman pendidikan Al Quran, sekolah minggu dan sebagainya. Pada jalur informal, pendidikan anak usia dini ditangani langsung oleh keluarga dan lingkungan.

Lembaga pendidikan anak usia dini kini harus mulai menyelaraskan langkah dan memfokuskan perhatian pada anak-anak, bukan sekedar tuntutan masyarakat atau orang tua. Kurikulum dan proses pembelajaran harus diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengah dunia anak-anak. Para pendidiknya harus memiliki mindset tentang anak-anak dan dunianya, yang bukan miniatur orang dewasa. Keistimewaan dan keunikan anak harus mulai dihargai.

Semua lembaga pendidikan anak usia dini mulai berjalan seirama dalam upaya perluasan akses dan peningkatan kualitas pendidikan. Sinergisme perlu dibangun bersama-sama, sehingga seluruh anak usia dini dapat tertangani. Dengan sinergisme ini permasalahan pendidikan anak usia dini akan terasa ringan, karena kita semua memahami bahwa permasalahan di bidang ini amatlah kompleks, mulai dari banyaknya anak-anak dari kelompok masyarakat marginal yang belum terlayani, sulitnya akses karena permasalahan geografis, keterbatasan tenaga dari segi kualitas dan kuantitas, kurangnya fasilitas, sarana, prasarana dan sebagainya.

Lalu, bagaimana cara membangun sinergisme? Semua pihak harus duduk bersama-sama dan membahas satu kepentingan, yaitu anak, bukan yang lainnya. Ego sektoral dan kepentingan harus dikesampingkan. Semua harus kembali pada anak-anak dan undang-undang yang telah mengaturnya. Sinergisme hanya dapat dibangun ketika semua pihak menyadari bahwa tidak mungkin permasalahan pendidikan anak usia dini dapat ditangani sendiri-sendiri.

Bentuk-bentuk sinergi yang dapat dilakukakan antara lain :

1. Sharing dalam sumber daya manusia.
2. Sharing dalam konsep dan pemikiran, misalnya pengembangan model pembelajaran di PAUD, pengembangan APE, dan yang sejenisnya.
3. Sharing pendanaan kegiatan.
4. Sharing waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan, dan sebagainya.

Bentuk-bentuk sinergi ini disesuaikan dengan kondisi masing-masing mitra yang saling bekerjasama.

sumber: http://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=40&Itemid=2

Monday 18 May 2009

Bagaimana Bayi dan Anak-Anak Belajar?

Gordon Dryden & Dr. Jeannette Vos dalam bukunya The Learning Revolution, mengungkapkan fakta-fakta yang sangat mengejutkan. Saat ini, katanya, berbagai metoda belajar tengah berkembang pesat di seluruh dunia, sehingga setiap anak akan mampu mempelajari apapun secara lebih cepat –sekitar 5 sampai 20 kali lebih cepat– bahkan 10 sampai 100 kali lebih efektif, pada usia berapa pun. Metoda-metoda itu ternyata sederhana, mudah dipelajari, menyenangkan, logis – dan terbukti andal.

Inilah beberapa fakta itu. Di Christchurch, Selandia Baru, Michael Tan berhasil lulus ujian matematika tingkat smu pada usia 7 tahun. Dan Stephen Witte, 12 tahun lulus enam ujian beasiswa universitas dan berhasil meraih hadiah fisika dari SMU Papanui, tidak lama setelah diizinkan melompati empat kelas.

Di Alaska, para pelajar di SMU MT. Edgecumbe menjalankan empat perusahaan proyek percontohan. Salah satu proyeknya: ekspor salmon asap ke Jepang senilai us$ 600.000– mereka sekaligus belajar ilmu pemasaran, bisnis, ekonomi dan Bahasa Jepang.

Di SD Pantai Tahatai Di Selandia Baru, anak-anak berusia 6 tahun menggunakan komputer untuk membuat cd-rom dan merencanakan “sekolah masa depan” mereka sendiri. Mereka juga menggunakan komputer untuk mengaktifkan unit-unit pembangkit energi surya dan angin yang didesain agar setiap rumah mampu memenuhi kebutuhan energinya sendiri.

Ternyata pembelajaran mandiri adalah salah satu kunci utama. Jika kita bisa menyediakan lingkungan dan peralatan yang baik untuk pelatihan mandiri, anak-anak kecil pun akan menjadi pendidik mandiri yang antusias sepanjang hidupnya.

Maria Montessori, dokter wanita pertama asal Italia, telah menyediakan lingkungan semacam itu hampir 100 tahun lalu, membuktikan bahwa anak-anak usia 3 – 4 tahun dengan mental terbelakang, mampu berkembang baik dalam hal menulis, membaca, dan perhitungan dasar. Dan sampai sekarang ini di daerah terpencil Montana, negara bagian Amerika yang berpenduduk paling jarang, semua anak berusia 4 tahun di taman bermain Montessori International telah mampu mengeja, membaca, menulis dan melakukan hitungan dasar, bahkan sebelum mereka masuk sekolah. Saat ini mereka mencanangkan pada usia 4 tahun itu anak-anak bahkan sudah mampu menguasai tiga atau empat bahasa!

Bagaimana dengan anak-anak kita? Lihatlah betapa banyak orang tak menyadari bahwa mereka telah “merusak” potensi hidup anaknya. Lihatlah anak-anak kita sekarang. Dimana mereka pada sebagian besar waktu hidupnya? Di depan televisi-kah? Main seharian dengan anak-anak lainkah? Apa yang mereka pelajari? Siapa guru-guru mereka? Siapa idola mereka? Apa kata-kata yang meluncur dari pikirannya?

Ternyata, semua ini bergantung bagaimana ia dididik sejak awal kelahirannya! Kita tahu, setiap anak, anak negara manapun, anak siapapun adalah pemilik otak terhebat di dunia. Walaupun beratnya kurang dari 1,5 kg, kemampuan otaknya beribu kali lebih hebat dari super komputer terhebat di dunia. Dan anak-anak kita pun memilikinya! Masing-masing terdiri dari otak sadar dan otak bawah sadar.

Otak sadar aktif saat kita sengaja melakukan sesuatu. Sedangkan otak bawah sadar selalu aktif 24 jam sehari terus menerus. Ia bekerja sejak bayi masih dalam kandungan sampai kita dewasa dan mati.

Dari berbagai hasil penelitian ditemukan bahwa ternyata di bawah sadar inilah “terinstall” semua potensi hidup kita, yang nantinya akan keluar dalam bentuk sikap, nilai hidup, skill, kecerdasan, kepribadian dan kebiasaan.

Salah satu sifat otak bawah sadar ini adalah “tidak kritis”. Jadi apapun input yang masuk ke dalamnya akan tetap disimpan dan dianggap benar. Beda dengan otak sadar … ia kritis. Oleh karena itulah yang harus kita waspadai justru input-input yang bakal masuk lewat pintu otak bawah sadar ini.

Benyamin s. Bloom, professor pendidikan dari universitas chicago, menemukan fakta yang cukup mengejutkan:
- Ternyata 50% dari semua potensi hidup manusia terbentuk ketika kita berada dalam kandungan sampai usia 4 tahun.
- Lalu 30 % potensi berikutnya terbentuk pada usia 4 – 8 tahun.

Ini berarti 80% potensi dasar manusia terbentuk di rumah, justru sebelum mulai sekolah. Akan seperti apa kemampuannya, nilai-nilai hidupnya, kebiasaannya, kepribadiannya, akhlaqnya, dan sikapnya … semua 80% tergantung pada orang tua. Sadar atau tidak. Baik “dibentuk” secara sengaja atau pun tidak sengaja!

Artinya, akan jadi siapa anak kita, akan bagaimana cara berpikir dan bersikapnya ditentukan sepenuhnya oleh informasi dan pengetahuan apa yang tersimpan di otak bawah sadarnya. Panca indera adalah pintu masuk yang langsung masuk ke pusat kecerdasan anak. Apapun yang ia dengar, apapun yang ia lihat, apapun yang ia rasakan, semua langsung tersimpan di otak bawah sadarnya.

Ia juga belajar tentang sikap dan kepribadian dari orang-orang yang mengasuhnya. Bagaimana ayah ibunya berbicara, apa yang dikatakan, bagaimana ia bereaksi terhadap emosi-emosi tertentu, bagaimana orangtua bereaksi terhadap tekanan amarah, tangisan, dan kerewelan. Semua bahasa komunikasi anak (dalam bentuk gerakan, tangisan dan kerewelan) adalah alat-alat ia belajar.

Lantas, apakah bisa kita menghasilkan “anak hebat” hanya dengan cara mendidik “ala kadarnya”? Dengan “semaunya”, secara naluriah belaka? Tentu tidak bukan!

Hal pertama yang langsung kita sadari adalah, sebagai ayah dan ibu, kita adalah guru anak-anak kita. Baik kita melakukannya dengan benar ataupun “nggak sengaja” salah.

Pertanyaan berikutnya, sudah tahukah kita kurikulum apa yang sedang berlangsung pada usia 0 – 4 tahun atau 8 tahun perkembangan pendidikan anak-anak kita?

Ternyata, kebanyakan orang tua tidak punya “kurikulum” pendidikan usia-dini ini. Tentu tak heran akhirnya kurikulum alamiah lah yang diterapkan. Kurikulum yang akhirnya dipelajari anak-anak kita adalah kurikulum-alamiah yang diciptakan oleh lingkungan tempat kita saat ini hidup dan berada. Lewat program-program televisi, pergaulan di sekitar rumah kita, juga pergaulan antar penghuni di dalam rumah tangga kita sendiri.

Apa yang “diajarkan” (tanpa sengaja) pada bayi dan anak-anak kita?

Secara keilmuan bisa jadi masih kosong! Bagaimana dengan sikap? Tak dapat dibendung, ternyata banyak sekali hal negatif yang “dipelajari” anak-anak kita.

Lalu adakah kegiatan-kegiatan pembelajaran secara sengaja? By design? Hampir tidak ada! Ada semacam “keyakinan” yang telah jadi paradigma kuat dalam pikiran para orang tua, bahwa anak-anak “bersekolah” ya dimulai sejak TK ! Sehingga mengabaikan proses belajar mengajar “yang umumnya tak sengaja” yang justru berlangsung setiap detik di rumah kita. Bahkan anehnya tak sedikit yang tega menyerahkan bayi dan anak-anaknya itu “berguru” kepada para pembantunya!

Jika kita mulai menyadari fakta-fakta ini, ada beberapa tindakan yang bisa segera kita lakukan, jika memang kita ingin berubah:

1. Orang tua (ayah dan ibu), harus belajar semua hal yang berhubungan dengan metoda-metoda pendidikan anak.

Pada dasarnya orang tua adalah guru terpenting dan rumah adalah sekolah paling penting, Didiklah anak dengan ilmu. Kenali dan rancang kurikulum sendiri untuk keperluan ini. Apa muatan sikap dan perilaku yang ingin kita hasilkan pada balita kesayangan kita, dan bagaimana caranya. Bagaimana pula caranya kita menanamkan aqidah Islam pada balita kita. Apa yang boleh kita lakukan dan apa yang jangan kita lakukan. Kuncinya belajar! Orang tua lah yang harus belajar….!

2. Kenali dan kendalikan jenis input informasi (ucapan/penglihatan/pendengaran/pergaulan) yang masuk lewat pintu otak bawah sadar balita kita.

Jika kita sadar ini, maka programkan secara sengaja muatan positif. Install-kan program-program positif ke dalam otak bawah sadar anak-anak kita. Sebagai contoh televisi. Kendalikan keinginan kita nonton acara tv bersama anak-anak. Beberapa pemimpin bisnis terkemuka di dunia seperti Mitch Sala, Jim Dornan, Rich De Vos, Bob Andrew, dan banyak lagi yang lainnya bahkan sangat menyadari betapa berbahayanya “virus negatif” yang dibawa TV ini. Mereka pun tidak membiarkan dirinya dan bahkan juga anak-anaknya berada di depan televisi!

Kenali juga bahwa input positif bisa berasal dari pendengaran. Maka kendalikan kata-kata kita. Apapun situasinya, jaga mulut! “katakan yang baik-baik saja, atau kalau tidak lebih baik diam”, pesan Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya. “…fal yakun khairan au lisashmut”!

Juga program/install otak balita kita dengan input yang disengaja. Misalkan tatkala menidurkan bayi kita, apa salahnya kita memperdengarkan ayat-ayat al qur’an kepada bayi, baik melalui kaset maupun kita sendiri yang membacakannya.

Percayalah semua input yang disengaja ini membekas dan terinstall dengan baik di otak bawah sadar anak-anak kita.

Programkan dengan sengaja! Itu sebabnya kita perlu punya kurikulum! Ini bukan berarti kita mau mendikte “masa depan profesi anak kita”. Sama sekali tidak. Apapun jalan hidup dia nanti setelah dewasa, terserah dia. Yang kita bentuk secara sengaja adalah potensi dasar “human being”-nya. Sikapnya, perilakunya, kebiasaannya, potensi aqidahnya. Bukankah ini memang wajib! Bagi setiap orang tua untuk mendidik anaknya agar menjadi hamba Allah dan khalifah-nya di muka bumi ini?

Ada beberapa contoh tindakan, misalnya dengan membacakan buku-buku cerita-cerita ilahiyah, kenalkan Allah dan segala konsep ilahiyah lainnya, lalu kisah-kisah perjuangan rasulullah dan para sahabat, dan berbagai kisah-kisah positif lainnya. Semua kisah itu akan membekas amat dalam ke dalam jiwa anak-anak kita! Lalu juga hindari cerita-cerita dan film-film televisi! Ingat kita adalah guru!

Insyaallah, jika betul-betul kita serius, bukan tidak mungkin yang akan kita lahirkan nanti adalah calon-calon pemimpin dunia! Dari tangan didikan kita lahirlah para jenderal, para profesor, para ilmuwan yang mampu mengubah dunia ini berada dalam ridlo Allah SWT. Amin ya allah ya rabbal ‘alamiin.


penulis: Nilna Iqbal
sumber: http://pustakanilna.com/bayi_belajar.html/

Renungan :

Setiap Anak terlahir JENIUS. Kadang 6 tahun pertama, para orang tua membuatnya tidak menjadi jenius.
(Bukminster Fuller)

MATAHARI EDUCARES